Cabai Merah masih Pemberi Andil Dominan, Inflasi YoY Sumut Capai 4,97%
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Asim Saputra, saat memaparkan Berita Resmi Statistik, Senin (3/11/2025).lensamedan-juli simanjuntakLensaMedan – Sumatra Utara (Sumut) masih mencatatkan angka inflasi dari tahun ke tahun atau year on year (yoy) yang cukup tinggi di bulan Oktober 2025, meski jika dibandingkan bulan September terjadi penurunan.
Di bulan Oktober, inflasi yoy Sumut tercatat sebesar 4,97% dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 110,89. Inflasi yoy tertinggi terjadi di Kabupaten Deliserdang sebesar 6,24% dengan IHK sebesar 111,50, dan terendah terjadi di Kota Medan sebesar 4,28% dengan IHK sebesar 109,91.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Asim Saputra, menyebutkan, komoditas yang memberi andil yang cukup signifikan terhadap inflasi yoy yakni cabai merah sebesar 1,22%, kemudian emas perhiasan sebesar 0,67%, ikan dencis sebesar 0,25%, beras sebesar 0,24%, dan bawang merah sebesar 0,21%.
“Sementara bawang putih, angkutan udara, sabun detergen bubuk, daging babi, dan bayam menjadi komoditas penyumbang deflasi,” ujar Asim saat memaparkan Berita Resmi Statistik, Senin (3/11/2025).
Jika dilihat dari bulan ke bulan atau month-to-month (m-to-m), maka Sumut dikatakan Asim berhasil mencetak deflasi sebesar 0,20%. Meski demikian, cabai merah masih memberikan andil inflasi yang cukup tinggi, yakni 0,16%.
Ini artinya, intervensi yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sumut dalam menekan harga cabai merah dengan mendatangkan cabai merah dari Pulau Jawa mulai memberikan hasil.
“Artinya, masyarakat memiliki pilihan cabai merah, tidak lagi bergantung kepada cabai merah yang dipasok dari Sumut saja,” kata Asim.
Karena itu, BPS Sumut lanjut Asim mendorong Pemerintah Provinsi Sumut dalam upaya pengendalian inflasi harus konsisten, dilakukan secara persisten dan tidak boleh kendor. Sehingga di momen hari-hari besar yang akan datang yakni Natal dan Tahun Baru, harga pasar yang terbentuk tidak Kembali melonjak.
“Dan jika dilihat dari sebaran komoditas cabai merah yang tersedia di pasar, ini menunjukkan bahwa usaha Pemerintah dalam menyediakan pasokan sudah cukup efektif,” terangnya.
Lebih lanjut dikatakan Asim, jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, maka inflasi yoy Sumut di Oktober 2025 terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks sebagian besar kelompok pengeluaran.
Yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,58%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,31%; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,79%; kelompok kesehatan sebesar 4,06%; kelompok transportasi sebesar 1,48%; kelompok informasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 0,40%; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 1,70 persen.
Kemudian kelompok pendidikan sebesar 2,82%; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,57%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 13,03%.
“Sementara kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga menjadi satu-satunya kelompok yang mengalami penurunan indeks, yakni sebesar 0,38%,” tambahnya.
Dari 8 kabupaten/kota di Sumut yang masuk ke dalam IHK, BPS Sumut mencatat 6 kabupaten/kota mengalami deflasi yakni Medan, Gunungsitoli, Pematangsiantar, Karo, Deliserdang, dan Labuhanbatu. Sementara Sibolga dan Padangsidimpuan masih mengalami inflasi. (juli simanjuntak)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Cabai Merah masih Pemberi Andil Dominan, Inflasi YoY Sumut Capai 4,97%"
Posting Komentar