Hayo, Pilih Investasi atau Menabung?

Kepala
Kantor Bursa Efek Indonesia (BEI) Perwakilan Sumatera Utara Muhammad Pintor
Nasution mengatakan, konsep menyisihkan sejumlah uang untuk disimpan demi
memenuhi suatu kebutuhan di masa depan atau keperluan mendadak sudah menjadi
tradisi turun temurun. Pada generasi berikutnya, masyarakat sudah mulai
mengenal bank sebagai tempat menyimpan uang, menggantikan tempat penyimpanan
fisik yang memiliki risiko hilang atau dicuri. Akan tetapi, semakin maju, bank
saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa depan.
“Mengapa?
Karena, bunga atau imbal hasil (return) yang kita dapatkan dengan menabung di
bank tidak sebanding dengan inflasi yang terjadi setiap tahunnya, sehingga jika
dibandingkan dengan kenaikan harga barang dan jasa tersebut, uang yang kita
tabung di bank sebenarnya justru mengalami penurunan nilai,” ujar Pintor
Nasution melalui keterangan tertulisnya, Minggu (17/1/2021).
Pintor mencontohkan
seorang istri yang menyisihkan uang
pemberian suaminya agar bisa membeli mobil idaman yang harganya saat ini sebut
saja Rp200 juta. Dia membayangkan, dengan menyisihkan Rp2 juta per bulan, dalam
10 tahun dia akan bisa membeli mobil tersebut. Padahal, pada 10 tahun
mendatang, uang senilai Rp200 juta yang terkumpul sudah tidak cukup lagi
membeli mobil yang sama karena harga mobil tersebut naik antara 10-15% per
tahun. Dalam 10 tahun, mobil yang sama harganya sudah berkisar Rp400 juta. Dari
sinilah konsep investasi muncul. Investasi diartikan sebagai sebuah upaya, baik
dalam bentuk materi, tenaga, atau waktu, yang dilakukan pada saat ini, untuk
mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang.
“Uang atau
modal yang kita investasikan seiring dengan berjalannya waktu akan bertumbuh
melebihi modal awalnya jika dialokasikan secara baik. Sehingga, investasi
berpotensi memberikan keuntungan yang lebih besar jika dibandingkan dengan
tabungan. Pada contoh seorang Ibu tadi, jika dana yang disisihkan disimpan ke
dalam produk investasi, maka di waktu yang diharapkan, dana yang terkumpul
beserta hasil investasinya bisa mencukupi untuk membeli kendaraan yang
diidamkannnya sepuluh tahun lalu. Itulah yang membedakan investasi dari
tabungan,” katanya.
Tetapi
menabung secara konvensional menurut Pintor tetap diperlukan untuk keperluan
yang sifatnya mendadak, namun dengan hanya menabung saja, nilai uang tidak akan bertumbuh melebihi inflasi atau
kenaikan harga barang dan jasa.
Investasi
ada kaitannya juga dengan perencanaan keuangan. Berbagai rencana di masa depan
dapat dipersiapkan melalui konsep berinvestasi.
“Dengan
perencanaan yang baik, kita dapat “mencicil” kebutuhan yang diperlukan sedini
mungkin agar berbagai kebutuhan di masa depan dapat berjalan dengan lancer,”
terangnya.
Beberapa
contoh perencanaan keuangan yang bisa disiapkan melalui investasi antara lain,
biaya pernikahan, biaya membeli rumah, kebutuhan menyekolahkan anak, dana
pensiun, biaya membangun usaha, mempersiapkan dana warisan, dan kebutuhan
jangka menengah dan panjang lainnya. Sementara, untuk kebutuhan jangka pendek
di bawah satu atau dua tahun, bisa dilakukan dengan menggunakan instrumen
perbankan yang sifatnya lebih aman dalam jangka pendek.
Beda dengan
tabungan yang relatif kecil risikonya, instrumen investasi memiliki tingkat
risiko tertentu. Semakin tinggi potensi keuntungan, maka semakin besar juga
potensi risiko kehilangan modal investasi. Sebaliknya, semakin kecil potensi
keuntungan, semakin kecil pula risiko investasi. Istilah yang sering digunakan
dalam berinvestasi “high risk, high return - low risk, low return”. Kaitan
jangka waktu ada hubungan dengan risiko berinvestasi. Agar risiko investasi
bisa dikelola, jangka waktu menjadi salah satu strategi. Semakin panjang jangka
waktu investasi, maka semakin besar risikonya. Sebaliknya, jika kebutuhan dana
yang dialokasikan lebih pendek, maka sebaiknya memilih produk yang lebih rendah
risikonya.
Dengan berinvestasi, kita dapat mulai mempersiapkan kebutuhan di masa depan dengan memanfaatkan dana yang kita miliki saat ini. Penyusunan strategi investasi sedini mungkin menjadi kunci sukses investasi untuk memenuhi impian di masa depan. Alokasikan sebagian kecil dari gaji bulanan kita, atau keuntungan dari usaha kita ke dalam produk-produk investasi. Cara paling bijak adalah dengan memprioritaskan di urutan pertama alokasi dana penghasilan kita ke dalam instrumen investasi dengan proporsi sekitar 10-30%. Baru selebihnya untuk biaya hidup. Jika dilakukan sejak dini, hanya dengan mengalokasikan sebagian kecil dari gaji bulanan kita, berinvestasi akan terasa ringan karena kita tidak perlu mengubah gaya hidup secara drastis.
“Kita juga
bisa memanfaatkan dana yang diterima sewaktu-waktu untuk dibelikan produk
investasi. Misalnya, bonus akhir tahun yang jumlahnya tidak pasti, kenaikan
gaji, atau bunga dari tabungan di bank,” imbuhnya.
Setelah memahami prinsip investasi, langkah berikut adalah memilih produk-produk investasi. Produk investasi di pasar modal ada beragam jenis, mulai dari surat utang, saham, hingga reksa dana, semuanya berpeluang menjadi pilihan investasi yang baik. Saat ini, tidak perlu menunggu dana investasi besar seperti orang-orang di masa lalu untuk membeli aset properti atau emas, tetapi bisa memilih portofolio investasi yang lebih terjangkau di pasar modal Indonesia, misalnya saham perusahaan properti atau produsen emas. Investor besarpun telah menggunakan pasar modal sebagai tempat berinvestasi mereka di zaman modern.
“Investasi ibarat kendaraan. Kita dapat memilih untuk berjalan kaki, mengendarai motor, mobil, atau naik pesawat terbang, tergantung dari kenyamanan dan ketersediaan dana. Setiap kendaraan akan mengantarkan kita pada tempat tujuan dengan cara dan waktu tempuh yang berbeda. Begitu pula dengan investasi. Setelah para investor (sebutan orang yang berinvestasi) menetapkan tujuan dan memilih berinvestasi, mereka dapat mulai menentukan jenis investasi yang paling tepat dan sesuai dengan profil risiko serta karakter investasi masing-masing,” pungkasnya. (*)
(Medan)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Hayo, Pilih Investasi atau Menabung?"
Posting Komentar