Pelaut Sehat, Bisnis PIS Meningkat
LensaMedan – Diombang-ambing gelombang setinggi 9 meter dengan mengangkut muatan LPG ternyata tidak membuat nyali Captain (Capt) Andhika Dwi Cahyo Kumolo ciut dan takut untuk meneruskan cita-citanya menjadi pelaut.
Andhika adalah satu dari sekian ribu pelaut yang tergabung di Pertamina International Shipping. Di pundaknya ada tanggung jawab menjamin ketersediaan energi masyarakat Indonesia.
Pelaut kelahiran Kendal, Jawa Tengah, 39 tahun yang lalu ini seakan sudah terbiasa menghadapi tantangan ombak tinggi yang bisa saja mengakibatkan kapal yang ia nahkodai karam.
Padahal gelombang tinggi yang diikuti dengan angin kencang ditambah udara dingin selama berhari-hari itu membuatnya tak bisa makan dengan tenang dan tidur yang nyenyak.
“Itu saya alami saat melewati kawasan Tanjung Harapan, Afrika Selatan, lokasi pertemuan arus dari Samudra Hindia dengan Samudra Atlantik. Jadi memang hal yang biasa terjadi di situ,” ujar Andhika saat berbagi kisah pengalaman di webinar yang diselenggarakan Pertamina International Shipping (PIS), Rabu (22/10/2025).
Alih-alih merasa takut, Andhika justru fokus menjalankan tugasnya sebagai kapten kapal dengan terus memonitor kondisi cuaca dan rute pelayaran serta menyiapkan langkah-langkah mitigasi dan kontingensi plan terhadap kondisi yang tidak terduga di lautan.
“Karena kita tetap berupaya menjaga ketepatan waktu untuk mensuplai LPG untuk ketahanan energi di Indonesia,” kata Andhika.
Tak hanya menghadapi tantangan cuaca yang bisa menimbulkan kecelakaan, jalur pelayaran pun dinilai perlu diantisipasi untuk menghindari tabrakan antar kapal.
“Bagi saya, Selat Malaka dan Selat Singapura mempunyai potensi kecelakaan yang besar dikarenakan kepadatan atau frekwensi lalu lintas kapal yang banyak,” terang Andhika yang selama berkarir di PIS sudah dipercaya menahkodai 3 kapal tanker pengangkut LPG.
Andhika yang sudah memimpin berbagai operasi penting bongkar-muat LPG dengan metode dari satu kapal ke kapal lain yang sedang berlabuh berdampingan, atau yang sedang bergerak (ship to ship) bercerita, keinginannya menjadi pelaut dilatarbelakangi dorongan keluarga.
Ditambah dengan kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan dengan 17.000 pulau dimana dua pertiga wilayahnya berupa perairan. Jika mengacu kepada hasil Kovensi Hukum Laut Internasional (UNCLOS) 10 Desember 1982, luas laut Indonesia mencapai 3.257.357 kilometer persegi, sementara luas daratan sekitar 1.919.440 kilometer persegi.
“Karena itu saya menseriusinya dengan memilih mengenyam pendidikan di Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang,” ujar Andhika.
Selesai pendidikan di tahun 2009, Andhika kemudian bergabung dengan salah satu perusahaan pelayaran swasta di Indonesia dengan area dan rute pelayaran domestik. Kapal tersebut merupakan kapal yang disewa Pertamina, sebelum akhirnya, bergabung di PIS di tahun 2011.
Selama menakhodai kapal yang dikelola PIS, Andhika yang saat ini menjabat sebagai Master Kapal Pertamina Gas 1 diketahui memiliki rekam jejak sempurna untuk keselamatan kinerja operasional. Ini dibuktikan dengan tidak adanya temuan pelanggaran saat dilakukan inspeksi (zero observation), sehingga lolos untuk masuk ke rute-rute mana saja oleh otoritas pelabuhan di berbagai negara.
Hal ini menurut Andhika bisa diperoleh dengan memahami regulasi, baik regulasi yang berlaku secara internasional mau pun regulasi dari negara yang dituju.
“Jadi, kru kapal terutama captain harus selalu mereview semua aturan terbaru. Kita terus sesuai requirement, tidak ketinggalan istilahnya untuk persyaratan sebuah kapal untuk masuk ke suatu negara, selalu kita update. Jadi dari service pun selalu support untuk operasional kapal karena rutenya sudah internasional,” ucap Andhika yang sudah menjalani profesi sebagai pelaut selama 16 tahun ini.
Selain memastikan lolos pemeriksaan otoritas pelabuhan, sebagai pemimpin tertinggi di kapal, Andhika juga memahami ada tanggung jawab besar lain yang ia emban, yakni keselamatan selama dalam pelayaran.
Untuk keselamatan armada, ia harus memastikan kapalnya itu layak laut, mengawasi navigasi selama pelayaran, menjaga lingkungan dan memastikan semua operasional kapal sesuai hukum yang berlaku, baik rute domestik maupun internasional.
Sementara untuk menjaga kesehatan awak kapal baik fisik mau pun mental selama berlayar, Andhika menyebut ada berbagai hal yang bisa dilakukan.
Mulai dari berolahraga di gimnasium yang memang sudah disediakan di kapal setidaknya 30 menit per hari, menjaga pola makan yang sehat, hingga menikmati ruang rekreasi dengan bermain game, karaoke dan menonton.
“Untuk komunikasi dengan keluarga juga bukan hal yang sulit untuk dilakukan, karena manajemen sudah menyiapkan fasilitas komunikasi,” tegasnya.
Andhika mengakui, masalah kesehatan mental saat ini menjadi fokus dari International Maritime Organization (IMO).
“Jadi ini tantangan bagi kami pelaut Indonesia untuk mengelola aspek kesehatan mental, sehingga kita tetap memiliki daya saing yang tinggi,” tambahnya.
Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron, saat sosialisasi AJP 2025 Teritori 1 wilayah Sumatra bagian Utara (Sumbagut) di Banda Aceh.lensamedan-istSediakan Akses Konsultasi dengan Psikolog
Selaras dengan IMO, masalah kesehatan mental juga menjadi perhatian utama manajemen PIS. Corporate Secretary PIS, Muhammad Baron, menegaskan, perusahaan memberikan perhatian khusus terhadap kesehatan fisik dan mental awak kapal.
”Setiap kru mendapatkan medical check-up berkala, mengadakan webinar atau seminar hybrid mengenai kesehatan mental serta program onboard welfare yang mencakup kegiatan sosial, rekreasi, dan komunikasi daring dengan keluarga,” kata Baron menjawab pertanyaan yang diajukan secara tertulis, Rabu (22/10/20025).
Tak hanya itu, kata Baron melanjutkan, PIS juga rutin melakukan penilaian atau assessment terhadap tingkat depresi, kecemasan dan stres para pelaut, termasuk memberikan akses bagi pelaut untuk berkonsultasi dengan psikolog melalui chat.
”PIS juga menanamkan budaya saling peduli antar awak kapal melalui program Peer Support, agar setiap kru merasa dihargai, terhubung, dan termotivasi selama berlayar dalam waktu panjang,” lanjutnya.
Tentunya tak hanya kesehatan para kru, keselamatan selama masa pelayaran juga menjadi perhatian utama manajemen.
Karena itu, manajemen PIS memastikan Sistem Manajemen HSSE (Health, Safety, Security, and Environment) yang diterapkan di setiap armada dipastikan mengacu kepada ketentuan nasional seperti SKK Migas, Ditjen Migas, KLHK, dan Kementerian Perhubungan.
Termasuk juga implementasi dari aturan Internasional dalam bidang kemaritiman yaitu ISO 45001, ISO 14001, produk dari IMO seperti SOLAS, ISM Code, MLC, COLREG, ISPS Code & MARPOL serta penerapan Tanker Management and Self-Assessment (TMSA) yang dibakukan oleh The Oil Companies International Marine Forum (OCIMF) guna memenuhi pemenuhan aspek HSSE di Terminal-terminal International.
“Implementasinya mencakup pengawasan ketat terhadap keselamatan pelayaran, audit dan inspeksi rutin, simulasi tanggap darurat, serta penguatan budaya HSSE melalui program seperti Safety Day, HSSE Talk, penerapan dan arahan Direktur Utama PT Pertamina (Persero) untuk pencegahan insiden berulang dan kampanye Golden Rules serta 10 Company Life Saving Rules (CLSR) yang menjadi panduan wajib bagi seluruh awak kapal,” kata Baron menjelaskan.
Secara prinsip, lanjut Baron, standar HSSE yang diterapkan PIS sama ketatnya baik di kapal maupun di daratan. Namun, kapal memiliki karakteristik lingkungan kerja yang lebih kompleks dan dinamis, karena seluruh aktivitas berlangsung di ruang terbatas dan berisiko tinggi, seperti paparan bahan mudah terbakar atau kondisi cuaca ekstrem.
“Karena itu, penerapan HSSE di kapal lebih menekankan pada disiplin pribadi, kepatuhan prosedur, dan koordinasi antar kru. Misalnya, setiap kegiatan di atas kapal harus melalui permit to work system, serta wajib dilakukan meeting sebelum pekerjaan dimulai untuk memastikan semua awak memahami potensi risiko dan langkah mitigasinya,” terangnya.
Bagi manajemen, penegakan aspek-aspek HSSE di PIS berfokus pada kesejahteraan pelaut. Kesehatan fisik dan mental, jam kerja yang manusiawi, serta lingkungan kerja yang aman adalah fondasi pencegahan insiden.
Pengawasan jam kerja dan istirahat diatur sesuai International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW), hingga penyediaan perlindungan sosial merupakan investasi untuk keselamatan bersama.
Baron menekankan, armada PIS mengangkut kargo yang berisiko tinggi dan juga vital bagi kepentingan nasional. Karena itu, PIS juga menerapkan standarisasi pengelolaan kapal terhadap seluruh kapal milik dan sewa, dengan mengacu standar internasional untuk menjaga keselamatan, keandalan, integritas, dan keberlanjutan.
”Standarisasi ini dilakukan dengan proses yang ketat, di mana terdapat beberapa standar global yang harus dipenuhi untuk pengelolaan kapal mulai dari Zero Number of Accident (NoA), Zero Fraud, Tanker Management and Self-Assessment (TMSA), dan aktif Ship Inspection Report (SIRE) di mana kesemuanya merupakan standar yang lazim di industri perkapalan internasional,” tegasnya.
Psikolog Universitas Sumatra Utara (USU), Josetta M.R. Tuapattinaja, M.Si, Psikolog.lensamedan-juli simanjuntakDapat Dukungan Psikolog
Langkah manajemen PIS yang menyediakan psikolog untuk memudahkan para pelaut berkonsultasi dinilai Psikolog Universitas Sumatra Utara (USU), Josetta M.R. Tuapattinaja, M.Si, Psikolog, sebagai langkah yang positif dan sangat tepat dilakukan, karena memudahkan pelaut untuk melepaskan ketegangan yang dirasakan.
Menurutnya, pekerjaan sebagai pelaut berdampak pada minimnya interaksi dengan banyak orang, sehingga peluang timbulnya rasa kesepian (loneliness) itu terbuka lebar.
”Meskipun memang di kapal itu ada banyak kru. Tetapi kan para kru itu mungkin memiliki masalah yang sama, sehingga frekuensi komunikasi menjadi sedikit terbatas. Padahal keterhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain itu penting terjaga,” ucap Josetta, Minggu (26/10/2025).
Saat ini, kata Josetta, yang akrab disapa Yossie, berkonsultasi dengan Psikolog bukan lagi merupakan hal yang memalukan, tetapi sudah menjadi hal yang lumrah.
”Dulu memang ada anggapan bahwa yang ke Psikolog itu hanya orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Bahkan saat saya kuliah psikologi di tahun 1981, saya juga berpikir ngapain sih saya ke situ (psikologi) ngurusin ODGJ, ternyata gak. Orang normal yang bermasalah itu banyak banget. How to-nya yang mereka gak tau bagaimana running kehidupan ini, fokusnya kemana. Jadi jangan malu memanfaatkan fasilitas yang ada,” tandasnya.
Bisnis PIS Didukung 2.523 Pelaut Aktif
Dukungan dari 2.523 pelaut aktif yang bertugas di 106 kapal milik PIS, baik pada rute domestik maupun internasional memberikan sumbangsih yang besar dalam pencapaian kinerja perusahaan di tahun 2024.
Dalam laporan kinerja PIS tahun 2024 disebutkan bahwa pendapatan perusahaan meningkat 4,48% menjadi USD3,4 miliar, dari sebelumnya USD3,3 miliar di tahun 2023.
Peningkatan pendapatan ini pun mendongkrak capaian laba bersih hingga 69,31% dari USD330 juta di tahun 2023 menjadi USD558 juta di tahun 2024.
Sebagai tenaga profesional bersertifikasi yang memenuhi standar keselamatan dan kompetensi internasional, para pelaut yang menjadi tulang punggung operasional dan backbone logistik energi nasional yang dijalankan PIS mampu mengantarkan 161 miliar liter energi berupa BBM dan LPG ke seluruh penjuru negeri.
Capaian kinerja ini dilakukan dengan mulus tanpa insiden yang dibuktikan dengan keberhasilan menciptakan 40,5 juta jam kerja aman.
”Sebagai perusahaan pelayaran energi, keselamatan menjadi prioritas utama kami. Karena itu, seluruh pelaut dibekali pelatihan berkelanjutan, sertifikasi internasional sesuai STCW, serta disiplin penerapan safety management system berbasis ISM Code dan ISPS Code. Kami memastikan bahwa setiap aspek operasi dijalankan dengan prinsip Zero Accident, Zero Spill, dan HSSE Compliance untuk menjaga keselamatan awak kapal, lingkungan, dan kargo energi yang kami distribusikan,” tutup Baron. (juli simanjuntak)
.jpg)
.jpg)
Belum ada Komentar untuk "Pelaut Sehat, Bisnis PIS Meningkat "
Posting Komentar