SMA Negri 1 Dolok Masihul Raih Nilai Tertinggi dalam “Kompetisi Antar Sekolah, Menjawab Tantangan Perubahan Iklim”
LensaMedan - Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Dolok Masihul (SMAN 1 Dolmas) mendapatkan nilai tertinggi dari seluruh Indonesia, yakni 82,4 dalam “Kopetisi Antar Sekolah, Menjawab Tantangan Perubahan Iklim” atau Climate Change School Challenge Contest (CCSCC) yang diikuti oleh 66 sekolah setingkat SLTA dari seluruh Indonesia.Sekolah lainnya dari Sumut yang juga menang dan melanjut ke tahap berikutnya di tingkat nasional adalah SMA Negri 1 Serbajadi.
Hadiah uang tunai senilai Rp5 juta yang akan dijadikan modal kerja untuk mewujudkan gagasan proyek kecil di sekolah dalam upaya mengatasi perubahan iklim, diserahkan langsung oleh Rusdiana Adi, Direktur BITRA Indonesia kepada Bismi Amrina, S.Pd, Guru Pembimbing dan Tim School Contest, Jumat (7/2/2025) di sekolah yang terletak Kelurahan Dolok Masihul, Kec Dolok Masihul, Kabupaten Serdang Bedagai.
Tim School Contest SMAN 1 Dolmas yang mengusung judul karya ilmiah berupa gagasan implementasi program kecil di sekolah dengan judul, “One Tumbler One Tree: Mitigasi Perubahan Iklim Melalui Botol Minum” ini terdiri dari; Ermala Yasnita Silalahi (Ketua Tim), Deo Haikel Purba, Lestari Grace Marcia Butar-Butar, Jhon Fernandes Gultom dan Fatih Al Zahran Rangkuti, masing-masing sebagai anggota tim.
“Perubahan iklim, salah satu isu global yang menjadi ancaman terbesar bagi makhluk hidup di bumi. Melalui lomba ini diharapkan para pemuda dapat menemukan hal baru dan berinovasi untuk menemukan solusi guna meminimalisir dampak perubahan iklim. Ini kewajiban kita bersama. Jika bukan kita yang melakukan, siapa lagi? Saya mengajak seluruh siswa/siswi SMA Negeri 1 Dolok Masihul, berperan aktif dalam melestarikan lingkungan hidup dan aktif melakukan upaya pengurangan emisi karbon agar keberlangsungan hidup terus berlanjut baik,” ujar Gundur Pulungan, M.Si dalam pidatonya saat menyaksikan penyerahan hadiah.
Pada hari yang sama, hadiah uang Rp5 juta juga diserahkan langsung oleh Direktur BITRA Indonesia kepada Sasmita Sitohang, S.Pd, M.Ak sebagai guru pembimbing, didampingi tim kontes dari SMA Negeri 1 Serbajadi.
Tim yang terdiri dari Zahra Farizka Nasution sebagai Ketua Tim, dan M. Anif Sugara, Meri Dwi Utari, Sumihar Mauli Tua Pardede dan Dafa Syahreza Lubis, masing-masing sebagai anggota mengusung judul, “Pertanian Vertikultur, Solusi Pemanfaatan Sampah Menjadi Kompos dan Pemanfaatan Lahan Sempit di SMAN 1 Serbajadi”.
Hadiah diserahkan di hadapan Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Serbajadi, Elimanson Saragih, dan seluruh murid yang hadir di sekolah.
Elimanson dalam pidatonya menyebutkan bahwa perubahan iklim global adalah tantangan yang harus dihadapi bersama.
Sebagai generasi muda, para siswa turut bertanggung jawab dalam mencari solusi untuk mengatasi perubahan iklim.
Lomba ini diharapkan bisa menginspirasi generasi muda untuk lebih peduli, kreatif, inovatif, dan proaktif dalam menghadapi masalah perubahan iklim.
"Sudah semestinya secara bersama kita berkomitmen untuk menjaga kelestarian alam, karena alam ini bukan milik kita, namun warisan untuk anak cucu. Teruslah berinovasi dan berkarya, meskipun kecil namun sangat bermanfaat untuk keselamatan alam tempat kita hidup,” ucap Elimanson Saragih.
Sementara itu, Kacabdis Wilayah 3 Dinas Pendidikan Provinsi yang berkedudukan di Tebing Tinggi, Oloan Nasution yang hadir menyaksikan langsung penyerahan hadiah kepada 2 sekolah tersebut, menyatakan terima kasih kepada Kepala Sekolah SMA N1 Dolmas dan Serbajadi, juga pada BITRA Indonesia dan lembaga kolaborasinya di tingkat nasional dan internasional atas penyelenggaraan event lomba ilmiah ini.
"Karena isu perubahan iklim ini merupakan isu global yang sangat sedang menjadi perhatian dunia. Sekolah harus mendukung penuh tim yang sudah menang pada tahap satu ini,” papar Oloan.
Oloan menambahkan, Dinas Pendidikan berharap agar tahapan berikutnya, berupa implementasi gagasan yang dilakukan di sekolah diinformasikan perkembangannnya.
"Kami berharap tim bisa menang pada tahap nasional di Bali nanti dan juga melanjut ke tahap internasional. Jika Bitra punya banyak program lingkungan dan iklim ini, dinas sangat berharap kerja sama Bitra yang lebih jauh lagi, terutama pada sekolah-sekolah di kota dimana kontribusi pelepasan karbon sangat tinggi,” tambah Oloan.
Perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam pola cuaca rata-rata yang menentukan iklim lokal, regional, dan global di bumi.
Perubahan-perubahan ini mempunyai dampak-dampak yang luas dan identik dengan istilah tersebut.
Perubahan iklim berdampak sangat luas pada kehidupan masyarakat.
Tidak hanya berdampak pada naiknya temperatur bumi, perubahan iklim juga memengaruhi berbagai aspek alam dan kehidupan manusia, seperti kualitas dan kuantitas air, habitat, hutan, kesehatan, lahan pertanian, hingga ekosistem wilayah pesisir.
Perubahan iklim memiliki dampak signifikan terhadap sektor pertanian di seluruh dunia.
Di Indonesia, sektor pertanian memiliki kontribusi emisi gas rumah kaca 13% terhadap total emisi gas rumah kaca (GRK), meskipun demikian sektor pertanian merupakan sektor yang paling rentan dan sensitif terhadap perubahan iklim.
Pernyataan data ini dirilis Low Carbon Development Indonesia – LCDI Bappenas.
Karena beberapa hal tersebut, Bina Keterampilan Pedesaan (BITRA) Indonesia berkomitmen untuk melakukan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, utamanya pada bidang pertanian wilayah pedesaan.
Inisiatif ini disebutkan Direktur BITRA Indonesia, Rusdiana Adi,
akan menggunakan pendekatan partisipatif yang mendorong masyarakat untuk mengajukan solusi lokal dan menentukan kegiatan adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang relevan dengan konteks lokal.
“Karena dampak yang begitu luas dari perubahan iklim dan akan mengakibatkan ancaman serius bagi generasi baru, maka sangat penting mendisiminasikan pemahaman dan kesadaran dampak perubahan iklim kepada generasi muda, termasuk siswa/pelajar, agar sejak dini terlatih akan upaya mitigasi, adaptasi, resiliensi, dan juga menggagas solusi dan aksi dalam upaya-upaya menghentikan bahkan mencegah perubahan iklim,” kata Rusdiana Adi.
Rural Youth Climate Action Movement (RYCAM) merupakan program kerja sama antara Non Goverment Organization (NGO) Indonesia dan para pihak di internasional, yang melibatkan siswa dalam kegiatan School Challenge untuk berperan aktif dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. (*)
(Serdang Bedagai)
Belum ada Komentar untuk "SMA Negri 1 Dolok Masihul Raih Nilai Tertinggi dalam “Kompetisi Antar Sekolah, Menjawab Tantangan Perubahan Iklim”"
Posting Komentar