Sofyan Tan: Anggaran Riset masih Jauh dari Ideal
LensaMedan – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, dr Sofyan Tan, mengatakan, penelitian atau riset ilmiah yang baik bukan sekadar publikasi atau pengumpulan data, tetapi harus berdampak langsung pada kesejahteraan rakyat.Hal itu disampaikan dalam kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kerjasama Komisi X DPR RI dengan tema Publikasi Ilmiah di Jurnal Internasional Skala Menengah dan Tinggi yang digelar di Hotel Emerald Garden, Jalan Yos Sudarso, Medan, Sabtu (11/10/2025).
Sofyan Tan menyebutkan bahwa tujuan akhir dari riset ilmiah adalah menciptakan negara yang aman, damai, dan sejahtera.
Untuk mencapainya, penelitian harus menyentuh kebutuhan nyata masyarakat dan harus seimbang antara karya ilmiah non-eksakta dan eksakta.
Ia melihat selama ini 70% penelitian yang ada fokus pada non-eksakta, sementara riset eksakta mendapat porsi 30%.
Dengan demikian harapannya kehadiran BRIN yang dibentuk sebagai respons terhadap kebutuhan akan sistem riset nasional yang terintegrasi, efisien, dan berdampak luas dapat menyatukan arah dan tujuan riset di Indonesia.
Masyarakat tidak perlu lagi dijejali dengan riset dan penelitian tentang elektabilitas seseorang, calon presiden ke depan, tingkat kepuasan dan hal-hal bersifat politis lainnya.
Karena masa kampanye masih jauh, rakyat butuh hasil riset dan karya ilmiah yang berdampak nyata sesuai kebutuhan di masyarakat.
“Jangan lagi riset tentang elektabilitas orang, siapa calon presiden ke depan, itu sudah bisa dihentikan. Fokus pada riset yang berdampak nyata bagi kesejahteraan rakyat, sesuai denga napa yang dibutuhkan di masyarakat,” ungkapnya.
Pada sisi lain, Sofyan Tan mengakui tantangan utama dari riset dan publikasi ilmiah adalah masih terletak pada pendanaan.
Ia melihat selama ini 70% penelitian yang ada fokus pada non-eksakta, sementara riset eksakta mendapat porsi 30%.
Dengan demikian harapannya kehadiran BRIN yang dibentuk sebagai respons terhadap kebutuhan akan sistem riset nasional yang terintegrasi, efisien, dan berdampak luas dapat menyatukan arah dan tujuan riset di Indonesia.
Masyarakat tidak perlu lagi dijejali dengan riset dan penelitian tentang elektabilitas seseorang, calon presiden ke depan, tingkat kepuasan dan hal-hal bersifat politis lainnya.
Karena masa kampanye masih jauh, rakyat butuh hasil riset dan karya ilmiah yang berdampak nyata sesuai kebutuhan di masyarakat.
“Jangan lagi riset tentang elektabilitas orang, siapa calon presiden ke depan, itu sudah bisa dihentikan. Fokus pada riset yang berdampak nyata bagi kesejahteraan rakyat, sesuai denga napa yang dibutuhkan di masyarakat,” ungkapnya.
Pada sisi lain, Sofyan Tan mengakui tantangan utama dari riset dan publikasi ilmiah adalah masih terletak pada pendanaan.
Saat ini, anggaran riset Indonesia masih di sekitar 0,1% dari APBN, jauh dari standar internasional yang idealnya minimal 2%, seperti yang diterapkan di negara-negara maju.
“Dana riset kita dulu bahkan tak sampai Rp2 triliun. Padahal, kalau mengikuti praktik di negara maju, anggaran riset harusnya minimal 2% dari APBN,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Sofyan Tan mengungkapkan bahwa peneliti di Indonesia secara data sudah cukup produktif dalam melahirkan jurnal internasional.
Sepanjang periode 2019–2024, Indonesia telah mencatatkan kemajuan signifikan dalam publikasi ilmiah yakni sebanyak 259.849 jurnal internasional berhasil diterbitkan.
Indonesia menempati peringkat ke-25 dunia dalam jumlah publikasi ilmiah.
“Jumlah jurnal yang besar ini harus dimanfaatkan oleh perguruan tinggi untuk mengangkat kualitas penulisan akademik yang berdampak nyata pada kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Hadir dalam acara Peneliti Ahli Muda Bidang Polimer dan Komposit BRIN Yeyen Nurhamiyah.
“Dana riset kita dulu bahkan tak sampai Rp2 triliun. Padahal, kalau mengikuti praktik di negara maju, anggaran riset harusnya minimal 2% dari APBN,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu Sofyan Tan mengungkapkan bahwa peneliti di Indonesia secara data sudah cukup produktif dalam melahirkan jurnal internasional.
Sepanjang periode 2019–2024, Indonesia telah mencatatkan kemajuan signifikan dalam publikasi ilmiah yakni sebanyak 259.849 jurnal internasional berhasil diterbitkan.
Indonesia menempati peringkat ke-25 dunia dalam jumlah publikasi ilmiah.
“Jumlah jurnal yang besar ini harus dimanfaatkan oleh perguruan tinggi untuk mengangkat kualitas penulisan akademik yang berdampak nyata pada kesejahteraan masyarakat,” ucapnya.
Hadir dalam acara Peneliti Ahli Muda Bidang Polimer dan Komposit BRIN Yeyen Nurhamiyah.
Melalui kegiatan bimtek tersebut, BRIN berharap bisa mengubah paradigma riset dari sekadar memenuhi target akademik menjadi instrumen pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
Dengan arah yang tepat, riset bukan hanya milik akademisi atau peneliti, melainkan menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.(*)
(Medan)
Dengan arah yang tepat, riset bukan hanya milik akademisi atau peneliti, melainkan menjadi milik seluruh rakyat Indonesia.(*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Sofyan Tan: Anggaran Riset masih Jauh dari Ideal "
Posting Komentar