LensaMedan – Petani di 4 desa yang berlokasi di Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat ternyata harus iklas menanggung rugi jika kondisi cuaca tidak seperti yang diharapkan saat masa tanam padi tiba.
Pasalnya, sawah dengan luasan mencapai 1.080 hektar yang tersebar di Desa Hinai Kiri, Tanjung Ibus, Kebun Kelapa dan Desa Sungai Ular yang selama ini bergantung kepada curah hujan terpaksa mengeluarkan biaya ekstra untuk menyewa pompa air yang dioperasikan dengan memanfaatkan tabung gas elpiji 3 kilogram.
“Kalau sawah yang dikelola seluas 12 rante, dibutuhkan biaya operasional sampai Rp8 juta, sementara hasil panen hanya Rp9 juta. Jadi bisa dibilang kami gak dapat apa-apa,” ujar Ketua Kelompok Kerja Iklim Kelompok Tani Agro Lestari, Abdi Waluyo saat berdiskusi di kegiatan Sekolah Lapangan Iklim yang digelar Bitra Indonesia Kamis (9/10/20025) lalu.

Ketergantungan terhadap hujan akibat ketiadaan irigasi bukan baru setahun dua terjadi, tetapi sudah berlangsung lebih dari 4 dekade atau 40 tahun. Pemerintah lebih memilih memberikan bantuan berupa operasi lahan (Oplah) dan sumur dangkal.
Bantuan ini dinilai tidak efektif, karena Oplah dikerjakan asal jadi dan posisinya lebih rendah dari lahan sawah sehingga untuk mengalirkan air ke sawah, dibutuhkan alat bantu.
Akibatnya banyak petani yang memilih untuk mengalihfungsikan lahan dari padi menjadi tanaman keras utamanya kelapa sawit.
“di desa saya, di Desa Hinai Kiri, setidaknya sudah ada 100 hektar yang beralih fungsi dari sawah ke tanaman keras dan juga hortikultura seperti jeruk, jagung, dan juga cabai merah,” terang Ponimin, petani lainnya yang ikut belajar di SLI.

Menanggapi kegelisahan para petani, Bitra Indonesia disebutkan Environment and Climate Change Specialist Bitra Indonesia, Iswan Kaputra mencoba memfasilitasi petani mengajukan permohonan pembangunan bendungan ke Kementerian Pekerjaan Umum melalui Balai Wilayah Sungai.
“Sejauh ini kita masih menunggu, apakah proposal yang diajukan petani itu akan ditanggapi untuk kemudian direalisasi,” ucap Iswan.
Menurut Iswan, keberadaan bendungan yang akan memanfaatkan aliran Sungai Wampu akan membawa manfaat bagi petani, setidaknya hingga 50 tahun kedepan. Sehingga, cita-cita untuk mewujudkan swasembada pangan bisa diwujudkan.
“Ketimbang mencetak sawah baru yang belum tentu langsung berhasil, ada baiknya Pemerintah llebih fokus membenahi sarana dan prasarana pertanian seperti bendungan. Dengan perubahan iklim yang membuat musim tak lagi bisa diprediksi, alangkah sayangnya jika 1.080 hektar sawah yang ada di sini hilang karena kesulitan air,” tegasnya.

Kini petani di Kecamatan Sicanggang seperti tinggal menghitung waktu, akan sampai kapan bertahan mengelola sawah yang mengandalkan curah hujan untuk mengairi sawah. Bukan tidak mungkin, jika hasil panen tak lagi mencukupi, hamparan padi yang menguning Ketika memasuki masa panen tak lagi menjadi penyejuk mata. (*)
(Langkat)
Belum ada Komentar untuk "Puluhan Tahun Bergantung dari Curah Hujan, Petani Secanggang Harapkan Pembangunan Bendungan"
Posting Komentar