Kendalikan Inflasi Komoditas Strategis, Bapanas Dorong Intervensi Terukur


LensaMedan - Badan Pangan Nasional (Bapanas) memandang perlunya langkah terukur dalam pengendalian harga sejumlah komoditas pangan strategis yang mengalami deviasi dari Harga Acuan Penjualan dan Pembelian (HAP), terutama di tingkat konsumen.

Direktur Pengawasan Penerapan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas, Hermawan, menyampaikan bahwa secara umum ketersediaan pangan nasional hingga April 2025 berada dalam kondisi yang aman dan mencukupi.

Namun demikian, terdapat beberapa komoditas yang memerlukan perhatian lebih, khususnya yang mengalami tekanan harga di sejumlah wilayah konsumen.

“Berdasarkan pemantauan panel harga per 13 April 2025, beberapa komoditas seperti cabai rawit merah, bawang putih di wilayah Indonesia Timur, dan daging kerbau beku tercatat mengalami penyesuaian harga yang cukup signifikan dibandingkan HAP. Ini menjadi sinyal bagi kita semua untuk memperkuat langkah pengendalian yang lebih terarah,” ujar Hermawan.

Hermawan juga menggarisbawahi bahwa pergerakan harga pada beras medium dan premium di beberapa zona wilayah, serta komoditas minyak goreng curah dan kemasan Minyakita, masih berada di atas kisaran harga eceran tertinggi.

“Harga Minyakita pada pertengahan April tercatat Rp17.640 per liter, atau sekitar 12 persen di atas HET. Kondisi ini menjadi pengingat bahwa perlunya upaya bersama untuk menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok masyarakat secara berkelanjutan,” jelasnya.

Di sisi lain, harga komoditas seperti gabah kering giling dan kedelai biji kering justru berada di bawah HPP. Hermawan menyampaikan bahwa perlunya keseimbangan harga di tingkat produsen dan konsumen.

“Kita harus menjaga keseimbangan yang adil, agar produsen tetap sejahtera dan konsumen tidak terbebani,” ucapnya.

Selain itu, Bapanas mencatat realisasi distribusi pangan hingga awal April 2025 mencapai 65,225 ton, termasuk 64,655 ton beras untuk wilayah Jawa Barat dan sejumlah distribusi minyak goreng serta komoditas lainnya.

Sementara, Gerakan Pangan Murah telah digelar 2.744 kali di berbagai provinsi dan kabupaten/kota. Penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) juga telah terealisasi sebesar 181.173 ton atau 60,39% dari target.

“Operasi pasar murah selama Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini juga telah terlaksana di 3.751 titik, dengan beras SPHP sebagai komoditas terlaris, yakni mencapai 1.939 ton,” tambah Hermawan.

Dalam upaya menjaga kelancaran pasokan dan mengantisipasi lonjakan harga pada masa mendatang, Hermawan mendorong penguatan kemitraan antara pelaku usaha pangan dan sektor hotel, restoran dan katering (HOREKA), serta kerja sama antar daerah dari wilayah surplus ke wilayah defisit.

Ia juga menekankan pentingnya kesiapan menghadapi pola distribusi yang terhambat saat libur panjang keagamaan.

Menutup pemaparannya, Hermawan mengingatkan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menjaga stabilitas pangan. “Kita tidak bisa berjalan sendiri.

Diperlukan sinergi pemerintah pusat, daerah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk mengawal ketersediaan dan keterjangkauan pangan secara konsisten,” ujarnya.

Dalam kesempatan berbeda, Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, mengatakan bahwa pengendalian inflasi pangan merupakan bagian integral dari penguatan ketahanan pangan nasional.

Ia menekankan, pengelolaan cadangan beras pemerintah, seperti yang diatur dalam Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2025, menjadi salah satu instrumen utama untuk menjamin harga tetap stabil sekaligus melindungi petani.

“Pemerintah menyiapkan pengadaan 3 juta ton beras dengan HPP Rp6.500 per kilogram untuk seluruh kualitas. Ini menjadi bentuk komitmen negara dalam menjaga keseimbangan pasar sekaligus memastikan pangan yang adil dan merata bagi seluruh rakyat Indonesia,” ujar Arief.

Dengan langkah-langkah konkret tersebut, Badan Pangan Nasional optimistis bahwa kolaborasi dan sinergi antarpihak akan mampu menekan inflasi pangan sekaligus mewujudkan cita-cita besar: Petani Sejahtera, Pedagang Untung, Masyarakat Tersenyum, Pangan Kuat, Indonesia Berdaulat.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi tahunan (year-on-year) pada Maret 2025 tercatat sebesar 1,03%, meningkat dari deflasi 0,09% pada Februari 2025. Inflasi bulanan (month-to-month) mencapai 1,65%, didorong oleh kenaikan harga komoditas pangan seperti cabai merah dan bawang merah. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar terhadap inflasi tahunan, yakni sebesar 0,61%.

Begitu juga pada tingkat inflasi komponen harga bergejolak (volatile food) atau inflasi pangan yang secara tahunan di Maret 2025 berada di 0,37% dan secara bulanan di 1,96%.

Capaian ini lebih stabil dan terkendali dibandingkan tingkah inflasi pangan di Maret tahun lalu yang secara tahunan di 10,33% dan secara bulanan di 2,16%. (*)


(Jakarta)

Belum ada Komentar untuk "Kendalikan Inflasi Komoditas Strategis, Bapanas Dorong Intervensi Terukur "

Posting Komentar

Bertemu Presiden EIB, Menkeu Bahas Peluang Kolaborasi Transisi Energi

  LensaMedan - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden European Investment Bank (EIB),...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel