Bertemu di Parapat, Indonesia-RRT Upayakan Peningkatan Akses Pasar Produk Unggulan

Lensamedan-Pemerintah Indonesia terus mengupayakan peningkatan perdagangan dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Salah satunya melalui pembukaan akses pasar, baik dalam kerangka bilateral maupun multilateral.

Upaya tersebut dibahas dalam pertemuan antara Delegasi Pemerintah Indonesia yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dengan Delegasi Pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (RRT) yang dipimpin Menteri Luar Negeri RRT, Wang Yi.

Pertemuan berlangsung di Kawasan Danau Toba, Parapat, Sumatra Utara, Selasa (12/1/2021).

"Pertemuan dengan Delegasi Pemerintah RRT berjalan dengan baik dan kami menyampaikan beberapa hambatan perdagangan produk Indonesia untuk masuk pasar RRT serta kelanjutan dari perjanjian perdagangan yang sudah ada dengan RRT, dalam rangka bilateral maupun multilateral," ungkap Wakil Menteri Perdagangan RI Jerry Sambuaga yang tergabung dalam Delegasi Pemerintah Indonesia.

Menurut Jerry, dalam pertemuan tersebut, Pemerintah RI menyampaikan kepada Pemerintah RRT untuk membuka akses pasar lebih luas untuk produk-produk Indonesia, antara lain porang (konjac chips), buah nanas segar, sarang burung walet, hewan akuatik hidup (konsumsi manusia, hias, dan breeding), dan hewan akuatik beku.

Dalam pertemuan tersebut, lanjut Jerry, Pemerintah Indonesia menyampaikan harapannya agar mendapatkan dukungan dari Pemerintah RRT terkait produk porang Indonesia yang aksesnya dihentikan Pemerintah RRT pada 1 Juni 2020. Produk porang Indonesia dinilai tidak memenuhi ketentuan keamanan pangan yang ditetapkan Pemerintah RRT. Namun, Indonesia telah melakukan dan menyampaikan Questionnaire for Risk Assessment of Konjac Chip from Indonesia kepada General Administration of Custom China (GACC) melalui nota diplomatik sejak 24 September 2020.

“Untuk itu, melalui pertemuan ini Pemerintah Indonesia mengharapkan dukungan Kementerian Luar Negeri RRT agar dapat mempercepat kajian ulangnya atas asesmen risiko yang diajukan Indonesia tersebut dan kembali membuka akses produk porang Indonesia,” imbuh Jerry.

Sedangkan untuk produk nanas segar Indonesia, Pemerintah Indonesia mengharapkan agar proses penyelesaian isu pembukaan akses pasar buah nanas asal Indonesia dapat dipercepat karena telah tertunda selama lebih dari empat tahun.

“Pemerintah Indonesia mengharapkan dukungan Pemerintah RRT agar kedua negara dapat melakukan penandatanganan protokol ekspor pada 2021. Hal ini mengingat akses pasar produk buah segar asal Indonesia ke RRT masih sangat terbatas. Ada lima jenis buah yang dapat masuk ke RRT yaitu salak, manggis, naga, pisang, dan longan/kelengkeng,” ujar Jerry.

Adapun terkait pembukaan akses pasar produk hewan akuatik hidup (tujuan konsumsi manusia, hias, dan breeding), Pemerintah Indonesia mengharapkan dukungan Pemerintah RRT agar kedua negara dapat segera menyelesaikan pembahasan ‘Protocol on Inspection and Quarantine Requirements for the Exit-Export of Aquatic Animals’ sehingga dapat ditandatangani pada tahun ini. Usulan Pemerintah Indonesia atas registrasi eksportir hewan akuatik hidup asal Indonesia juga diharapkan dapat segera diproses GACC. Selain itu, Indonesia berharap agar isu hambatan nontarif bagi produk hewan akuatik beku (frozen seafood) ke pasar RRT dapat segera diselesaikan.

Sementara terkait produk sarang burung walet, Pemerintah Indonesia mengajukan agar Pemerintah RRT dapat memberikan bimbingan teknis bagi perusahaan sarang burung walet Indonesia sehingga dapat memenuhi ketentuan kapasitas dan syarat eksportasi ke RRT. Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara eksportir sarang burung walet ke RRT dengan pangsa pasar sebesar 75,3 persen. Nilai impor sarang burung walet RRT dari Indonesia pada periode Januari--November 2020 mencapai USD 350,93 juta, atau meningkat sebesar 88,6 persen dari periode yang sama tahun 2019 yang mencapai USD 186,07 juta.

"Kami berharap di tahun 2021 Pemerintah RRT bisa membuka akses lebih luas bagi produk sarang burung walet dan buah nanas Indonesia untuk memenuhi permintaan masyarakat Tiongkok yang cukup tinggi," lanjut Jerry.

Terkait dengan kerja sama perdagangan, Wamendag Jerry juga mengungkapkan, Indonesia dan RRT sepakat membentuk Working Group on Trade (WGT) untuk menjalin dan meningkatkan perdagangan bilateral kedua negara. Selain itu, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang telah ditandatangani pada 15 November 2020, juga diharapkan mampu memberikan peluang bagi kedua negara dalam meningkatkan volume perdagangan.

Pada masa pandemi, Indonesia dan RRT juga bekerja sama dalam melakukan mitigasi kesehatan dan ekonomi, termasuk dalam pengadaan vaksin. Bio Farma saat ini bekerja sama dengan Sinovac untuk mengadakan vaksin yang mulai diberikan pada hari ini, Rabu (13/1/2020). Sedangkan dalam perdagangan, Indonesia dan RRT tetap menjaga arus barang dan jasa sebagai bagian dari mitigasi ekonomi. Hal ini sesuai dengan seruan Indonesia di berbagai forum internasional agar sistem yang terbuka tetap dipertahankan sehingga semua negara bisa berkolaborasi dalam mengatasi pandemi.

Total nilai perdagangan Indonesia-RRT periode Januari--November 2020 mencapai USD 63,39 miliar. Nilai ekspor nonmigas Indonesia ke RRT pada periode tersebut mencapai USD 26,61 miliar atau meningkat 12,79 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2019 dengan nilai USD 23,59 miliar.

Komoditas utama ekspor nonmigas Indonesia ke RRT adalah besi/baja, minyak kelapa sawit, dan batu bara. 



(Simalungun)

 

Belum ada Komentar untuk "Bertemu di Parapat, Indonesia-RRT Upayakan Peningkatan Akses Pasar Produk Unggulan"

Posting Komentar

Bersama Mahasiswa Magang, Lapas Medan Tingkatkan Program Rehabilitas Sosial Bagi WBP

LensaMedan - Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas I Medan terus berupaya meningkatkan program rehabilitasi di Lapas Kelas I Medan. Kali ini,...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel