Tanoto Foundation Ikutkan 220 Guru Pelatihan Praktik Baik


Lensamedan- Tanoto Foundation melatih 220 guru dari 74 Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah yang berasal dari 6 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dan Riau, yakni Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Kabupaten Batubara, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, serta dari Kabupaten Rokan Hilir Riau.

Pelatihan yang berlangsung selama tiga hari ini menurut Teacher and School Training Specialist Tanoto Foundation Jepri Sipayung merupakan Pelatihan Praktik Baik Pembelajaran Modul II, dimana pelatihan ini akan fokus pada penetapan ciri khas pengajaran untuk setiap mata pelajaran, sehingga ada pembeda pada saat guru mengajar mata pelajaran.

"Di modul II ini, kita mendorong setiap guru memiliki ciri khas pengajaran untuk setiap mata pelajaran. Artinya, kalau ngajar IPS jangan sama dengan ngajar IPA dong atau Bahasa Indonesia," ujar Jepri Sipayung seusai penutupan pelatihan yang digelar di hotel Le Polonia, Kamis (23/1/2020).

Jepri mencontohkan, di mata pelajaran IPS guru didorong untuk memasukkan inquiry learning, ada kemampuan berkomunikasi, ada etika di sosial. Sementara di mata pelajaran IPA, guru akan dilatih untuk membangun ketrampilan science, bagaimana mengukur, meneliti sesuatu.

"Jadi di modul II ini, lebih dikhususkan kepada materi ajar yang diajarkan guru,sedangkan di modul I, dia lebih dikhususkan bagaimana dia mengajarkan dan bagaimana mengenal anak lebih baik, lebih dekat supaya mereka bisa berpartisipasi," kata Jepri yang didampingi Communication Specialist TF Mutazar.

Lebih lanjut Jepri menjelaskan, 50 persen dari peserta pelatihan modul II ini tidak ikut di pelatihan modul I, sehingga di modul II ini ada dimasukkan materi review modul I, sehingga peserta yang baru ikut di modul II tidak kesulitan mengikuti pelatihan.

"Kita sudah prediksi kalau peserta di pelatihan modul II tidak seluruhnya mengikuti pelatihan modul I, makanya kita buat waktu pelatihan lebih panjang karena kita selalu selipkan materi review modul I," katanya lagi.

Salah seorang peserta pelatihan Tiur Magdalena Sihotang menyebutkan, dari pelatihan yang diikuti selama 3 hari, ia mendapat pola pengajaran yang lebih baik karena ia diajar untuk melibatkan anak didik secara langsung sehingga lebih mudah dimengerti.

"Kalau dari yang saya pelajari tadi, itu yang paling berkesan itu soal discovery learning, pemecahan masalah gitu. Karena kita melibatkan anak itu langsung," ujar Tiur Magdalena.

"Selama ini kita memang sudah melibatkan anak itu langsung, tapi kan sebatas jawab dulu pertanyaan ini. Tapi kan dengan sistem belajar discovery learning kan, pola pikir mereka jadi terbuka, dengan cara menghasilkan pekerjaan mereka, mereka menempelkan dipajang di depan kelas," kata Tiur yang sejak tahun 2003 mengajar di SDN 14 desa Sena kecamatan Pangkatan Kabupaten Labuhan Batu.

Wira Ahmad Riza Situmorang, guru IPA di SDN 010046 Labuhan Ruku, Talawi, Kabupaten Batubara yang juga ikut pelatihan menambahkan, masa tugasnya sebagai guru yang baru berjalan 6 bulan membuatnya belum memiliki banyak pengalaman berinteraksi dengan murid. Tetapi dari materi pelatihan yang ia peroleh selama 3 hari, ia mendapat masukan baru terutama dalam pembuatan laporan kesimpulan yang harus menceritakan proses awal hingga hasil lali pendapat anak sendiri.

"Saya kan sekarang mata pelajaran IPA. IPA itu biasanya saya melakukan percobaan, dengan ktrampilan proses tadi. Tapi banyak hal-hal yang hilang,seperti membuat laporan, itu tidak saya lakukan sebelumnya. Membuat kesimpulan, itu kesimpulan saya buat hanya hasil saja. Kalau Tanoto sendiri itu yang saya dapat, kesimpulan itu ternyata dia dari awal itu dia ceritakan sampai nanti hasil lalu menurut pendapat si anak itu sendiri, dirangkum semuanya gitu," ujar Wira Ahmad.

Wira Ahmad melanjutkan, pola belajar yang ia jalani di Universitas Terbuka ternyata bisa juga dipraktekkan dalam pekerjaannya secara guru. Dan ini menurutnya baru ia sadari setelah mendapat pelatihan dari Tanoto.

"Jadi selama kuliah di UT, saya kan lakukan metode ilmiah, tapi itu kan untuk diri saya sendiri. Ternyata itu bisa saya praktekkan di SD dengan metode yang sederhana. Alhamdulillah saya cukup banyak dapat ilmu di pelatihan ini," imbuhnya.

Kegiatan pelatihan ini difasilitasi oleh 20 orang fasilitator terbaik yang dipilih dari Program STEP dan fasilitator dari Program PINTAR, dimana mereka sudah terlebih dahulu mendapatkan pelatihan bagi fasilitator dengan materi pembelajaran yang sama. Setiap mata pelajaran akan didampingi oleh 5 orang fasilitator, dengan materi seperti Mengembangkan Pemahaman Bacaan dengan Graphic Organizer, Strategi Menentukan Gagasan Pokok Pembelajaran, Kecakapan Literasi Visual, Memahami Teks Prosedur, Praktik mengajar disekolah yang telah dipersiapkan beserta muridnya, Penulisan Praktik baik pembelajaran dan Rencana tindak lanjut setelah pelatihan.


(Medan)

Belum ada Komentar untuk "Tanoto Foundation Ikutkan 220 Guru Pelatihan Praktik Baik"

Posting Komentar

Jerman Ingin Perkuat Kerjasama Lingkungan dan Kebersihan dengan Pemko Medan

LensaMedan - Sejumlah hal yang memungkinkan untuk dikerjasamakan antara Pemko Medan dan Pemerintah Jerman, terutama masalah lingkungan dan k...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel