Cerita Haru Orangtua Penerima KIP Kuliah, Disepelekan Dianggap Tak Bisa Kuliahkan Anak

LensaMedan – Achmad Fadil Ruru, seorang pengemudi ojek motor online spontan berdiri mengangkat kedua tangannya.

Sambil berjinjit dia berupaya meminta untuk menjadi salah satu orang tua mahasiswa Universitas Satya Terra Bhinneka yang memberikan testimoni di hadapan dr Sofyan Tan saat sesi ramah tamah orang tua mahasiswa pada kegiatan Pengenalan Kehidupan Kampus bagi Mahasiswa Baru (PKKBM) Universitas Satya Terra Bhinneka, Jalan Sunggal, Gg Bakul, Medan, Selasa (9/9/2025).
 
Saat tiba gilirannya untuk memberikan testimoni, tak kuasa tangan dan bibirnya bergetar sambil berupaya menyampaikan pengalaman saat mendaftarkan anaknya Anugrah Fadillah Ruru sebagai salah seorang calon penerima besiswa KIP Kuliah di Rumah Aspirasi dr Sofyan Tan, di Komplek CBD Polonia.
 
Sambil terbata-bata menahan air mata disampaikannya bahwa dirinya pesimis bisa mendapatkan KIP Kuliah. Karena yang mendaftar saat itu sudah ribuan orang mengantri.

Sebagai orang kecil, dia tak percaya diri bisa mendapatkannya dan meminta anaknya untuk tidak banyak berharap.

“Sabar la ya nak, banyak berdoa saya bilang. Ribuan yang daftar,” ujarnya.
 
Namun tak disangka ternyata beberapa bulan kemudian, anaknya menelpon memberi kabar diterima beasiswa KIP Kuliah diminta untuk mendaftar di Prodi Bisnis Digital.

“Tau-tau pas sore anak saya telpon. ‘Pak saya diterima’. Allahu Akbar, terimakasih ya Allah. Saya pesan ke anak saya dan adek-adek (mahasiswa), jangan main-main kalian kuliah, banyak orang lain ingin kuliah di sini. Tekunlah kalian belajar,” ujarnya berpesan menutup testimoni.
 
Marta Matondang, sebagai orang tua tunggal yang bekerja dengan berjualan yang terkadang tak laku-laku mengungkapkan pengalaman pahitnya sebagai orang tak berpunya.

Jangankan orang lain, menurutnya keluarga sendiri pun terkadang tidak menganggap mereka dan sering disepelekan karena dianggap tak bakal mampu sekolahkan anak apalagi menguliahkan anaknya.
 
“Sangat sakit jadi orang susah. Jangan kan orang lain, keluarga saja gak anggap kita. Syukurnya anak saya gigih cari informasi sama temannya ke rumah aspirasi. Puji Tuhan anak saya Rita Afni br Tarigan lulus di Satya Terra Bhinneka,” ujarnya sambil menyeka air mata.
 
Pengalaman yang sama juga diungkapkan Santi Asriani, seorang ibu rumah tangga dengan pekerjaan suami jualan ikan. Dia kerap dicemooh dianggap tak akan sanggup sekolahkan anaknya sampai kuliah.

“Anak saya banyak Pak, ada 6. Saya dibilang orang, anakmu banyak nanti nggak bisa sekolah anakmu,” ujarnya menirukan.
 
Namun dirinya terus berupaya hingga mendapatkan kabar bahwa di Rumah Aspirasi dr Sofyan Tan bisa daftar beasiswa.

Hingga akhirnya anaknya Rifki Aziz diterima kuliah di Prodi Bisnis Digital.

“Ini anak saya yang pertama yang kuliah. Adiknya ada 5 lagi. Banyak orang anggap saya gak bisa sekolahkan anak-anak saya Pak. Karena saya cuma sekolah sampai SD. Saya kepingin anak saya ini nanti lulus kuliah jadi PNS, jadi jaksa Pak,” ujarnya penuh harapan.
 
Penerima manfaat KIP Kuliah jalur aspirasi dr Sofyan Tan ternyata bukan hanya dari Sumatera Utara. Hal itu terungkap ketika seorang ibu bernama Rima Melati asal Panipahan, Provinsi Riau.

Anaknya bernama Fahmi Panjaitan lulus di Informatika, Universitas ST Bhinneka.


“Saya hanya ibu rumah tangga, suami bertani. Kami dari Kota terapung Panipahan, Riau. Saya sudah pesan ke anak saya, kita masih berjuang nak. Harus terus berjuang bersama-sama biar jadi sarjana dan sukses seperti Pak Sofyan Tan,” ungkapnya.
 
Masih banyak orang tua mahasiswa lain yang ingin memberikan testimoni serupa.

Mereka merasakan betul bagaimana hidup susah dan dianggap tidak akan mampu kuliahkan anaknya hingga perguruan tinggi.

Terlihat dari ratusan orang tua mahasiswa yang hadir tampak berlinang air mata menyaksikan testimoni di hadapan dr Sofyan Tan.
 
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan yang juga Ketua Dewan Pembina Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), dr Sofyan Tan, meminta kepada para orangtua mahasiswa untuk berjanji dua hal mulai hari ini untuk membalas kebaikan dengan keseriusan dan keteguhan hati.

Pertama, orang tua harus berjanji untuk mengawasi anak-anaknya berkuliah serius, belajar keras hingga berhasil menjadi sarjana dengan prestasi yang baik.

Mengapa hal tersebut ditekankannya, karena jika ada mahasiswa yang tidak masuk kuliah tiga kali berturut-turut tanpa alasan yang jelas, maka akan diberhentikan.

Akan lebih baik beasiswa tersebut dialihkan ke mahasiswa yang punya tekad dan kemauan kuat untuk berkuliah.

Karena masih ada ribuan orang dari keluarga miskin yang saat ini belum beruntung untuk bisa berkuliah.
 
Kedua, jika anaknya sarjana dan sukses, bantulah orang miskin karena penderitaannya. Bukan karena melihat latar belakang agama, suku dan ras.

Ikuti jejak dr Sofyan Tan agar tidak ada lagi orang miskin yang kurang beruntung di sekitar kita.
 
Sofyan Tan sempat mengungkapkan bahwa dalam sepekan terakhirnya dirinya banyak merenung, berpikir keras mengingat situasi politik dalam beberapa minggu belakangan.

Bahwa masyarakat hari ini sedang mencaci maki para Anggota DPR. Hanya gara-gara kelakuan beberapa oknum anggota, seakan-akan seluruh anggota DPR adalah sama kelakuannya.

Dirinya merasa apakah cukup berhenti sampai di sini sebagai anggota DPR.

Karena sepertinya 17 ribu anak dari keluarga miskin yang berhasil dikuliahkan gratis selama dirinya menjabat, hingga 3.700 sekolah dibantu beasiswa dan fasilitas sarana prasarannya seakan tidak ada artinya.
 
“Saya khawatir, apakah boleh saya mundur sekarang?” ucapnya disusul jawaban “Tidak, Pak. Jangan,” oleh ribuan peserta mahasiswa dan orangtua.
 
“Lalu siapa yang jaga rumah saya,” sambungnya.
 
“Kami pak. Kami siap menjaga bapak,” disambut undangan yang hadir.
 
Sofyan Tan pun mengungkapkan bahwa bapak ibu orang tua mahasiswa dan seluruh mahasiswa adalah saudara kandungnya.

Karena sama-sama punya nasib serupa yakni berangkat dari latar belakang orang susah seperti dirinya dulu.

Karena itu dia berpesan jangan menyerah dengan kemiskinan. Terus belajar dan bekerja keras hingga suatu saat bisa buktikan anak-anak yang kuliah hari ini mampu mengubah nasib keluarga jadi lebih baik.
 
“Bapak ibu adalah saudara kandung saya karena kita sama-sama dari keluarga yang susah. Jangan menyerah karena kemiskinan. Pacu semangat anak-anak agar belajar keras, buktikan bahwa kalian bisa mengubah nasib keluarga” pungkasnya. (*)



(Medan)
 
 



 

Belum ada Komentar untuk "Cerita Haru Orangtua Penerima KIP Kuliah, Disepelekan Dianggap Tak Bisa Kuliahkan Anak"

Posting Komentar

Silaturahmi dengan Kapolda Sumut, Rico Waas Bahas Kamtibmas di Belawan dan Pungli Parkir

LensaMedan - Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas, bertemu Kapolda Sumatera Utara, Irjen Pol Whisnu Hermawan Februanto, di Mapolda Sumut...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel