Percepat Pertumbuhan Ekonomi Sumut, Kepala BPS RI: Fokus Pada Hilirisasi Industri


LensaMedan - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, Amalia Adininggar Widyasanti, menegaskan, BPS tidak membuat proyeksi ekonomi, melainkan menghitung berdasarkan data yang dikumpulkan dari daerah, kementerian/lembaga, hingga data nonkonvensional.

Hal ini disampaikan Amalia saat memberikan kuliah umum pada pelantikan ISEI Kota Medan di Aula Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara (USU), Rabu (21/8/2025).

Menurut Amalia, penghitungan Produk Domestik Bruto (PDB) dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) memakan waktu sekitar 35 hari, lebih cepat dibanding banyak negara lain.

"Dan perhitungan PDB nasional bukanlah hal sederhana. Ada 1.058 variabel yang dipakai BPS, ditambah big data, transaksi digital, bahkan data pasokan pangan. Jadi angka pertumbuhan ekonomi 5,12% itu bukan sekadar klaim, melainkan hasil pengolahan data yang sangat kompleks,” paparnya.

Amalia juga menyebutkan, BPS mencatat adanya pergeseran pola konsumsi masyarakat, di mana belanja produk lebih banyak beralih ke platform online.

Sementara pusat perbelanjaan kini lebih diminati sebagai tempat untuk pengalaman seperti makan di restoran atau menonton bioskop.

Hal ini terkonfirmasi lewat data perdagangan elektronik yang menunjukkan peningkatan transaksi, terutama dari kalangan milenial dan Gen Z.

Dari sisi investasi, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh 6,19%, didorong oleh kenaikan belanja mesin dan peralatan pemerintah.

Realisasi Penanaman Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) juga tercatat tumbuh 11,5% pada triwulan II 2025.

"Kinerja ekspor nasional menunjukkan pertumbuhan 8,08% secara tahunan, dengan ekspor produk hilir seperti turunan sawit dan nikel menjadi pendorong utama. Contohnya, ekspor olahan bauksit yang naik dari US$50 juta pada 2021 menjadi US$650 juta," katanya.

Khusus untuk Sumatera Utara (Sumut), PDRB per kapita pada 2024 mencapai US$4.637, lebih tinggi dari Filipina dan Mesir.

Pertumbuhan ekonomi Sumut pada semester I 2025 tercatat 4,8%, dengan sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar yaitu 25,88%.

Amalia menekankan, untuk mempercepat pertumbuhan, Sumut perlu fokus pada hilirisasi industri berbasis sumber daya alam, seperti pengolahan sawit dan pertambangan, guna menciptakan nilai tambah yang lebih besar.

“Tidak ada negara maju yang ekonominya bertumpu pada bahan mentah. Semua ditopang industri manufaktur,” jelasnya.

Tak ketinggalan, isu kemiskinan juga menjadi sorotan.

Amalia menegaskan bahwa tren kemiskinan Indonesia terus menurun, baik memakai standar BPS maupun ukuran Bank Dunia.

Namun ia mengingatkan agar publik tidak salah memahami standar global tersebut.

“Kalau pakai standar upper middle income country Bank Dunia, Indonesia tercatat punya 68% orang miskin. Tapi jangan diartikan harfiah, seolah 7 dari 10 orang kita miskin. Itu hanya tolok ukur internasional. Faktanya, kemiskinan di Indonesia, dengan ukuran BPS sekalipun, terus menurun,” pungkasnya. (*)

(Medan)

Belum ada Komentar untuk "Percepat Pertumbuhan Ekonomi Sumut, Kepala BPS RI: Fokus Pada Hilirisasi Industri"

Posting Komentar

Defisit Transaksi Berjalan RI Membengkak, IHSG dan Rupiah Melemah

LensaMedan - Defisit transaksi berjalan Indonesia membengkak pada kuartal kedua 2025. Sekalipun neraca perdagangan Indonesia mampu membukuk...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel