IHSG Menguat Tajam saat Rupiah Justru Melemah

LensaMedan - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat signifikan 2,44% di level 7.791,697 pada perdagangan hari ini.

Penguatan IHSG yang melampaui kinerja bursa di Asia kebanyakan mengikuti kinerja indeks bursa Nikkei Jepang yang menguat setelah AS dan China sepakat memperpanjang masa negosiasi tarif.

Analis keuangan Sumatra Utara, Gunawan Benjamin, mengatakan, sejumlah saham perbankan berkapitalisasi besar menjadi pemicu penguatan IHSG pada hari ini.

"Emiten saham seperti BBRI, BBCA, BMRI, BBNI, BRIS dominan dalam mendongkrak kenaikan IHSG pada perdagangan hari ini," ujar Gunawan di Medan, Selasa (12/8/2025).

Tetapi kinerja mata uang Rupiah pada perdagangan hari ini justru bertolak belakang dengan IHSG.

Rupiah disebutkan Gunawan ditutup melemah ke level 16.285 per Dolar AS, setelah sempat menyentuh 16.300 per Dolar AS selama sesi perdagangan berlangsung.

Untungnya, melemahnya Rupiah tidak lantas memicu tekanan terhadap IHSG.

Bahkan IHSG bergerak dalam tren naik selama sesi perdagangan berlangsung.

Ditundanya kembali kesepakatan dagang antara AS dengan China menjadi kabar positif bagi pasar keuangan di tanah air pada perdagangan hari ini.

"Sejauh ini Indonesia masih relatif diuntungkan dibandingkan dengan kebijakan tarif yang diberlakukan di negara Asia lainnya," katanya.

Sentimen lainnya, lanjut Gunawan, adalah spekulasi kebijakan suku bunga acuan yang menjadi tolak ukur pasar selanjutnya.

Rilis data inflasi AS akan menjadi data awal yang akan menggambarkan arah kebijakan AS kedepan.

Jika mengacu kepada rilis data inflasi AS, maka kecil kemungkinan suku bunga akan turun.
"Meskipun dari sisi politis, tekanan yang diberikan Presiden AS ke Bank Sentral membuka peluang penurunan bunga acuan," tambahnya.

Terpisah, harga emas dunia ditransaksikan melemah ke level US$3.343 jelang rilis data inflasi AS.

Jika dirupiahkan, harga emas dunia ditransaksikan sekitar Rp1,76 juta per gram. (*)


(Medan)
 

Bagikan Artikel ini