China Belum Membalas Kenaikan Tarif AS, IHSG dan Rupiah Ditutup Menguat
LensaMedan - Langkah China yang belum merespon secara spesifik kenaikan tarif baru AS menjadi kabar baik bagi pasar keuangan di Asia.Mayoritas bursa saham di Asia ditutup menguat.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terpantau bergerak dua arah juga ditutup menguat pada perdagangan hari ini.
"IHSG menguat 0,6% di level 6.438,269, setelah sempat melemah hingga ke level 6.384," ujar Analis Keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, di Medan, Kamis (17/4/2025).
Sementara itu, mata uang Rupiah ditutup stabil di level 16.820 per Dolar AS pada perdagangan hari ini.
Rupiah sendiri disebutkan Gunawan sempat melemah hingga ke level 16.840 per Dolar AS, dan berada di posisi terkuatnya di level 16.800.
Tak ubahnya IHSG, mata uang Rupiah juga bergerak dalam rentang terbatas selama sesi perdagangan berlangsung.
Keraguan pelaku pasar sangat terlihat, ditengah kian sengitnya perang dagang antara AS dengan China.
"Jika China memberikan respon kenaikan tarif untuk mengimbangi kebaikan tarif AS sebelumnya, maka diproyeksikan pasar keuangan akan diperdagangkan di zona merah," kata Gunawan.
Selain masalah perang tarif yang kian memanas belakangan ini, pasar juga tidak mendapatkan gambaran kebijakan moneter Bank Sentral AS kedepan.
Dimana pidato Gubernur Bank Sentral AS tidak menggambarkan secara spesifik arah kebijakan moneternya kedepan.
Justru The FED menghadapi dilema terkait dengan kebijakan moneternya, ditengah perang dagang yang satu sisi akan mendorong terciptanya inflasi.
Hal inilah yang membuat emas terus menguat kinerjanya.
Perang dagang kedepan akan membuat inflasi mengalami kenaikan, dan emas menjadi instrumen yang menarik dibandingkan dengan aset beresiko lainnya.
Harga emas pada perdagangan sore ini ditransaksikan sedikit turun di level US$3.327 per ons troy, atau sekitar Rp1,81 juta per gram. (*)
(Medan)
Rupiah sendiri disebutkan Gunawan sempat melemah hingga ke level 16.840 per Dolar AS, dan berada di posisi terkuatnya di level 16.800.
Tak ubahnya IHSG, mata uang Rupiah juga bergerak dalam rentang terbatas selama sesi perdagangan berlangsung.
Keraguan pelaku pasar sangat terlihat, ditengah kian sengitnya perang dagang antara AS dengan China.
"Jika China memberikan respon kenaikan tarif untuk mengimbangi kebaikan tarif AS sebelumnya, maka diproyeksikan pasar keuangan akan diperdagangkan di zona merah," kata Gunawan.
Selain masalah perang tarif yang kian memanas belakangan ini, pasar juga tidak mendapatkan gambaran kebijakan moneter Bank Sentral AS kedepan.
Dimana pidato Gubernur Bank Sentral AS tidak menggambarkan secara spesifik arah kebijakan moneternya kedepan.
Justru The FED menghadapi dilema terkait dengan kebijakan moneternya, ditengah perang dagang yang satu sisi akan mendorong terciptanya inflasi.
Hal inilah yang membuat emas terus menguat kinerjanya.
Perang dagang kedepan akan membuat inflasi mengalami kenaikan, dan emas menjadi instrumen yang menarik dibandingkan dengan aset beresiko lainnya.
Harga emas pada perdagangan sore ini ditransaksikan sedikit turun di level US$3.327 per ons troy, atau sekitar Rp1,81 juta per gram. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "China Belum Membalas Kenaikan Tarif AS, IHSG dan Rupiah Ditutup Menguat "
Posting Komentar