Cegah Tindak Kekerasan, Sofyan Tan Dorong Kampus Bentuk Klinik Konseling
Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sofyan Tan, saat menjadi keynote speaker dalam acara Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (PPKPT) yang diselenggarakan Kemendiktisaintek berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI di Kampus Universitas Katolik (UNIKA) Santo Thomas, Medan, Jumat (7/11/2025).lensamedan-istLensaMedan – Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, Sofyan Tan, mengatakan, kekerasan di lingkungan perguruan tinggi sering kali berakar pada faktor psikologis dan pengalaman masa lalu.
Hal itu disampaikan saat menjadi keynote speaker dalam acara Sosialisasi Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Perguruan Tinggi (PPKPT) yang diselenggarakan Kemendiktisaintek berkolaborasi dengan Komisi X DPR RI di Kampus Universitas Katolik (UNIKA) Santo Thomas, Medan, Jumat (7/11/2025).
Sofyan Tan dalam kesempatan itu mengutip sebuah teori kepribadian manusia menurut Sigmund Freud ada 3 hal, yakni id, ego dan super ego.
Id adalah keinginan, ego adalah keinginan untuk mewujudkan dan super ego yang memberikan batasan apa yang bisa dilakukan dan harus dihentikan atau direm. Interaksi dan konflik antara tiga komponen tersebutlah yang menciptakan kepribadian seseorang
Lalu berkaitan dengan teori tersebut, tentu ada faktor internal dan psikologis mengapa seseorang melakukan kekerasan. Ternyata bisa terinspirasi dari riwayat trauma masa lalu.
Contoh, saat kecil seseorang melihat orang tua sering menyelesaikan sesuatu dengan kekerasan, menampar, memukul anak atau orang lain untuk selesaikan masalah, itu akan terekam dalam memori anak.
“Ada juga faktor kurangnya kasih sayang dan perhatian orangtua, gangguan kepribadian dan kesehatan mental serta punya sifat antisosial,” ujar Sofyan Tan.
Untuk itu, jika persoalan awal adalah trauma masa lalu dan pengalaman masa kecil, maka menurut Sofyan Tan setiap kampus harus ada tim khusus yang dibentuk dalam membantu rektor di bidang kemahasiswaan.
Ada klinik konseling khusus yang bisa menjadi tempat konsultasi dan tempat bercerita mahasiswa yang mengalami masalah. Hal ini adalah langkah preventif yang lebih tepat.
“Mahasiswa perlu tahu bahwa kampus siap mendengar. Klinik konseling seperti ini bisa menjadi benteng awal pencegahan kekerasan,” terangnya.
Rektor UNIKA Santo Thomas, Prof Maidin Gultom, mengatakan, kampus adalah tempat dimana mimpi-mimpi lahir dan pengetahuan tumbuh.
UNIKA Santo Thomas sudah berkomitmen menjadikan nilai-nilai Kristiani dalam pendidikan. Karena itu mencegah kekerasan di lingkungan perguruan tinggi bukan sekedar aturan hukum tapi juga kewajiban moral bagi kita semua.
“Kampus bukan hanya tempat belajar, tapi juga rumah bagi kita yang memberikan rasa aman,” ujarnya.
Hadir dalam acara Ketua Tim kerjasama Humas dan kerjasama Ditjen Dikti, Eko Budi Prasetio; Staf Humas dan Kerjasama Ditjen Dikti, Wilson Sitorus; Katim Kerja Kemahasiswaan LLDIKTI Wilayah- Sumatera Utara, Irawan Sukma; narasumber dari LLDikti Wilayah-1 Sumatra Utara, Syahrial Afandi; dan civitas akademi UNIKA Santo Thomas beserta peserta sosialisasi. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Cegah Tindak Kekerasan, Sofyan Tan Dorong Kampus Bentuk Klinik Konseling"
Posting Komentar