BI Pangkas Suku Bunga, Angin Segar untuk Pasar Obligasi


LensaMedan - Bank Indonesia (BI) resmi memangkas suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% dalam Rapat Dewan Gubernur pada Rabu, 21 Mei 2025.

Langkah pelonggaran moneter ini mencerminkan kepercayaan terhadap stabilitas makroekonomi dan terkendalinya inflasi dalam target, sekaligus menjadi stimulus untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan konsumsi dan investasi.

Sejak pandemi 2020, kebijakan suku bunga BI telah mengalami dinamika signifikan.

Penurunan agresif dari 5,00% menjadi 3,50% sepanjang 2020 mendukung stabilisasi ekonomi nasional.

Setelah suku bunga bertahan di level rendah sepanjang 2021, tren berbalik pada pertengahan 2022 dengan kenaikan suku bunga kumulatif 250 bps hingga mencapai puncak 6,25% pada April 2024.

Sejak awal 2025, arah kebijakan kembali melonggar, ditandai pemangkasan suku bunga 25 bps di Januari lalu, dan kini berlanjut menjadi 5,50%.

Pemangkasan ini menjadi angin segar untuk instrumen obligasi.

Saat suku bunga mengalami penurunan, nilai obligasi yang telah diterbitkan dan diperdagangkan di pasar sekunder secara alami akan cenderung mengalami kenaikan harga.

Kenapa Obligasi Jadi Menarik Saat Suku Bunga Turun?

Head of IPOT Fund & Bond, Dody Mardiansyah, menjelaskan bahwa penurunan suku bunga menciptakan peluang menarik di pasar obligasi, khususnya bagi investor yang sebelumnya menempatkan dananya di deposito.

Obligasi yang telah diterbitkan dan masih beredar di pasar sekunder umumnya menawarkan tingkat kupon tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi baru yang akan terbit di tengah tren suku bunga yang menurun.

“Ketika suku bunga turun, harga obligasi lama akan naik karena investor bersedia membayar lebih mahal untuk mendapatkan imbal hasil (yield) yang lebih tinggi dari kupon tetap tersebut. Hal ini terjadi sebagai bentuk penyesuaian pasar agar yield obligasi lama selaras dengan suku bunga acuan yang baru,” jelas Dody di Jakarta, Kamis (23/5/2025).

Ia menambahkan, kondisi ini menjadi momentum strategis bagi investor deposito untuk beralih ke obligasi.

“Dengan bunga deposito yang cenderung turun mengikuti BI Rate, banyak investor mulai melirik instrumen yang menawarkan potensi imbal hasil lebih tinggi seperti obligasi. Permintaan meningkat, harga obligasi naik, dan investor bisa menikmati capital gain selain kupon yang tetap,” ujarnya.

Ia mencontohkan obligasi pemerintah FR0096 di IPOT Bond yang akan jatuh tempo pada 2033 dengan kupon 7,00%. Saat ini suku bunga berada di angka 5,75% artinya mempunyai spread 1,25% atau 125 bps.

“Jika suku bunga diturunkan 25 bps atau 0,25% ke 5,50% maka spread akan melebar menjadi 150 bps, hal ini membuat FR0096 jauh lebih menarik, dan membuat demand naik yang akhirnya berimbas pada harga obligasinya yang akan naik juga,” terangnya.
Penurunan suku bunga ini adalah sinyal yang sangat positif bagi pasar keuangan.

Penurunan ini mengindikasikan adanya ruang untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, dan obligasi, sebagai instrumen pendapatan tetap, akan memainkan peran krusial dalam portofolio investasi di kondisi ini.

“Saat suku bunga dipangkas merupakan waktu yang tepat bagi investor untuk lebih aktif dalam memanfaatkan potensi pasar obligasi dalam jangka menengah hingga panjang," tandas Dody.

Obligasi dengan Harga Terjangkau

Untuk membantu investor ritel memaksimalkan keuntungan di momentum ini, PT Indo Premier Sekuritas menyediakan akses ke berbagai pilihan obligasi di pasar sekunder melalui IPOT Bond.

Platform ini memungkinkan investor ritel untuk mengakses instrumen obligasi dengan harga yang lebih murah dibandingkan platform lain.

PT Indo Premier Sekuritas sendiri telah lama dikenal aktif sebagai penjamin emisi (underwriter) di pasar obligasi, dengan rekam jejak yang konsisten sejak 2003.

Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan ini tercatat menempati posisi teratas dalam Bloomberg League Table untuk kategori underwriter obligasi korporasi, termasuk selama delapan tahun berturut-turut dari 2017 hingga 2024.

Pada 26 Mei hingga 11 Juni nanti, IPOT Bind juga akan menghadirkan program “Hot Deals”, dimana satu seri obligasi dirilis setiap hari dengan harga diskon dengan kuota terbatas.

Program ini berjalan setiap hari pukul 00.00–16.00 WIB, dengan batas pembelian maksimum Rp10 juta per investor.

Skema ini memberikan kesempatan bagi investor ritel untuk mendapatkan obligasi dengan harga lebih kompetitif di pasar sekunder.

“Dengan memilih platform terpercaya dan strategi investasi yang tepat, investor ritel dapat mengoptimalkan peluang di tengah iklim suku bunga yang lebih akomodatif,” pungkas Dody. (*)


(Jakarta)

Belum ada Komentar untuk "BI Pangkas Suku Bunga, Angin Segar untuk Pasar Obligasi"

Posting Komentar

Rugikan Negara Rp16,8 Miliar Gegara LPG Oplosan, Bareskrim Tangkap 10 Orang Pelaku

  LensaMedan - Direktorat Tindak Pidana Tertentu (Dittipidter) Bareskrim Polri berhasil mengungkap praktik pengoplosan gas LPG bersubsidi di...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel