Relaksasi Harga Beras Medium akan Beri Ruang bagi Ritel Modern Jual Beras Medium

Lensamedan - Badan Pangan Nasional (Bapanas) kembali melakukan relaksasi harga beras medium dari yang sebelumnya Rp11.500 untuk wilayah zona dua, menjadi Rp13.100 per Kg.

Relaksasi harga beras medium tersebut menurut Ekonom Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, akan memberikan ruang bagi ritel modern untuk menjual beras medium. Karena ketetapan harga dalam aturan yang baru lebih mencerminkan kondisi pasar yang sebenarnya.

“Karena di pasar tradisional, harga beras medium tetap saja lebih mahal harganya untuk saat ini. Mengacu kepada PIHPS, harga beras medium di Kota Medan berada dalam rentang `Rp13.250 per Kg hingga Rp14.500 per Kg nya. Ketentuan Bapanas tersebut lebih mencerminkan kondisi pasar yang sebenarnya,” ujar Gunawan di Medan, Sabtu (27/4/2024). 

Sementara itu, harga beras medium di level penggilingan maupun pedagang besar berada dalam rentang Rp11 ribu hingga Rp12.500 per Kg.

Untuk beras yang datang dari luar wilayah Sumut, harga bergerak dikisaran Rp11 ribu hingga Rp12 ribu per Kg. 

Sementara harga beras di penggilingan berada dalam rentang Rp11.500 hingga Rp12.500 per Kg nya. Kebjakan relaksasi tersebut memang menyisakan kekhawatiran akan kemungkinan bahwa harga beras kedepan bisa lebih mahal dibandingkan dengan saat ini.

Terlebih petani juga meminta agar harga gabah (HPP) dinaikkan dari Rp5.000 per Kg menjadi Rp6.757 per KG menurut HKTI (himpunan kelompok tani Indonesia). 

Jika rencana permintaan tersebut disetujui, maka harga beras bisa dipastikan akan sama atau lebih mahal dengan posisi harganya saat ini. 

Kalau harga pembelian pemerintah (HPP) untuk GKP (gabah kering panen) disetujui di angka Rp6.000 per Kg nya.

Maka harga beras bisa berada dikisaran Rp11.666 hingga Rp14.000 per Kg nya di level penggilingan. 

“Tentunya sangat tergantung dari tingkat kematangan gabah, kadar air dan teknologi mesin penggilingnya,” katanya 

Tuntutan kenaikan HPP oleh petani belakangan ini setidaknya dipicu oleh dua masalah utama. Pertama kenaikan biaya input produksi seperti pupuk dan tenaga kerja. Dan kedua tuntutan kebutuhan hidup petani yang tertekan inflasi. (*)

(Medan)

 

Bagikan Artikel ini