Ancaman Resesi Global, Bukan Berarti Semua Masyarakat Harus Irit Belanja


Lensamedan - Resesi yang sudah menjangkiti beberapa negara di dunia saat ini, dan diyakini akan menjadi resesi global pada tahun 2023 mendatang, justru tidak perlu disikapi dengan menahan belanja oleh masyarakat menengah ke atas. 

Karena salah satu motor pertumbuhan ekonomi kedepan adalah belanja masyarakat. Jadi arahan berhemat itu bukan semata mata untuk mengurangi belanjanya, tetapi lebih kepada bagaimana bersikap bijak menjaga daya beli.

Pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mengatakan bahw yang menjadi persoalan belakangan ini adalah, terjadinya kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok masyarakat atau biasa dikenal inflasi. Di sisi lain, pendapatan masyarakat justru tidak naik atau justru di sejumlah masyarakat tertentu pendapatannya malah berkurang. 

“Jadi anjuran untuk berhemat, menabung atau berinvestasi ini sebenarnya perlu diperjelas dengan level daya beli atau isi kantong masyarakat itu sendiri,” kata Gunawan di Medan, Senin (24/10/2022).

Sebagai contoh, kata Gunawan, masyarakat yang pengeluaran sehari harinya hanya mampu untuk menutupi kebutuhan dasar harian atau bulanan. Seperti untuk kebutuhan makan, bayar listrik, air, sewa rumah, atau uang jajan anak. Dan atau masyarakat yang mendapatkan Bansos. 

Maka jika memiliki pengeluaran lain seperti rokok atau pulsa maka sebaiknya pengeluaran tersebut bisa lebih dihemat. Hal ini agar daya beli masyarakat tidak mengalami penurunan di tengah situasi sulit yang akan datang.

“Sementara untuk masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan dasarnya, dan masih memiliki pengeluaran untuk kebutuhan lain seperti membayar cicilan, berwisata atau bahkan berbelanja, akan tetapi memiliki kemampuan untuk berinvestasi yang terbatas, maka masyarakat di level tersebut harus memiliki kendali terhadap pengeluarannya,” sebutnya.

Masyarakat di level ini kata Gunawan akan dihadapkan pada keyakinan untuk memastikan pendapatannya di masa yang akan datang stabil. Umumnya mereka yang berpenghasilan tetap tidak perlu mengkhawatirkan kondisi keuangan kedepan. Dan tentunya masyarakat tersebut memiiki kemampuan untuk terus berbelanja dan meneruskan pengeluaran rutin setiap harinya.

Tetapi bagi masyarakat di level ini sebagian juga bisa saja menjadi lebih berhati-hati seperti melakukan penghematan pengeluaran. Dan masyarakat di level ini tentunya sangat berpeluang untuk menjadi masyarakat yang irit belanja. 

“Nah, masyarakat di level ini dikenal dengan masyarakat kelas menengah. Yang mampu masih memiliki kemampuan untuk berbelanja, meskipun sebagian lagi justru berpeluang mengerem atau mengurangi belanjanya,” kata Gunawan.

Terakhir, lanjut Gunawan, untuk masyarakat yang sudah mapan dan banyak melakukan investasi. Di level masyarakat ini tentunya belanjanya diharapkan untuk terus dipacu. Akan tetapi sayangnya kenaikan suku bunga acuan atau BI rate yang terjadi belakangan ini, justru bisa membuat masyarakat di level atas ini lebih senang menabungkan uangnya.

Karena imbal hasil tabungan atau surat berharga tengah mengalami kenaikan. Sehingga belanja rumah tangga yang menjadi tulang punggung ekonomi menghadapi resesi global tahun depan, justru terusik dengan kenaikan suku bunga simpanan. 

“Jadi kesimpulannya adalah bahwa belanja rumah tangga yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi tetap mengalami gangguan. Secara nasional pertumbuhan ekonomi di tahun depan yang menyentuh 4% itu sudah sangat bagus. Sementara untuk Sumut akan berkisar 2.6% hingga 3%,” pungkasnya. (*)


(Medan) 


Belum ada Komentar untuk "Ancaman Resesi Global, Bukan Berarti Semua Masyarakat Harus Irit Belanja"

Posting Komentar

Mau Maju Pilkada Medan Lewat Jalur Calon Independen, Wajib Kantongi 120 Ribu Dukungan

Lensamedan - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Medan akan menerima pendaftaran bakal calon perseorangan untuk Pilkada Kota Medan 2024 pada 5 ...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel