Resesi Ekonomi Sulit Dihindari, Pastikan Tidak Terjadi Krisis Pangan di Tanah Air

Lensamedean - Perang Rusia - Ukraina telah menyeret banyak masalah dan merubah tatanan sosial ekonomi masyarakat dunia. Selain masalah geo politik, perang Rusia – Ukraina juga merembet ke masalah ekonomi, diantaraya adalah kenaikan harga enerji maupun harga pangan dunia. 

Dan tidak berhenti disitu,  kata pemerhati ekonomi Sumatera Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, sejumlah negara yang menentang sikap Rusia melakukan embargo ekonomi secara bersama sama yang pada dasarnya juga merugikan negara yang meng-embargo tersebut.

Masalah tidak berhenti sampai di situ, sejumlah negara lainnya juga menyikapi kondisi ekonomi terkini dengan berbondong bondong untuk menutup ekspor bahan pangannya. Indonesia menjadi salah satu Negara yang melakukan hal yang sama, yakni sempat menutup kran ekspor untuk produk sawit, salah satunya adalah minyak goreng.

“Semua masyarakat di dunia merasakan tingginya harga pangan belakangan ini, yang dipicu oleh kenaikan biaya produksi pertanian seperti pupuk hingga obat obatan. Dan memicu kenaikan sejumlah harga bahan pangan pokok seperti gandum, beras hingga jagung. Kenaikan sejumlah harga tersebut memicu kenaikan laju tekanan inflasi yang direspon dengan kenaikan bunga acuan,” kata Gunawan di Medan, Senin (13/6/2022).

Bagi Indonesia, resesi ekonomi global sulit untuk dihindari. Sejauh ini, Indonesia tengah berhadapan dengan tingginya laju tekanan inflasi (3.55% YoY), yang menurut penilaiannya sudah digiring untuk mengalami stagflasi (ekspektasi pertumbuhan ekonomi dikisaran 4% tahun 2022). 

Bukan tidak mungkin Indonesia masuk ke dalam jurang resesi nantinya. Pertumbuhan ekonomi yang banyak mengandalkan konsumsi rumah tangga menjadi tulang punggung dan mutlak untuk diselamatkan.

“Caranya dengan menaikkan anggaran bantuan sosial. Tidak ada cara yang lebih jitu yang bisa ditempuh saat ini, karena perlambatan maupun kontraksi ekonomi global sudah dimulai. Cara selanjutnya yang bisa dilakukan untuk menghindar dari kemungkinan terburuk dampak resesi adalah menjaga ketahanan pangan,” sebut Gunawan.

Ada banyak negara yang menutup ekspor bahan pangannya belakangan ini. Pemerintah harus memastikan bahwa klaim produksi beras nasional memang benar-benar cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. 

Karena jika skenario terburuknya sejumlah negara pengekspor beras seperti Vietnam, Thailand atau India juga melakukan proteksi. Maka kita tidak memiliki ruang untuk menstabilkan harga beras di tanah air, jika harga berass bergejolak.

“Selanjutnya tunda dahulu rencana untuk mengemas minyak goreng curah. Saya pikir urgensinya belum saatnya dilakukan. Selebihnya lakukan konsolidasi kebijakan penetapan APBN dengan menyesuaikan perkembangan terkini dan melihat potensi perubahan kondisi makro ekonomi kedepan. Karena kita butuh pemanfaatan maupun realokasi anggaran yang lebih terfokus pada penyelematan daya beli dan ketahanan pangan masyarakat,” pungkasnya. (*)


(Medan) 

 

Belum ada Komentar untuk " Resesi Ekonomi Sulit Dihindari, Pastikan Tidak Terjadi Krisis Pangan di Tanah Air "

Posting Komentar

Pj Gubernur Rayakan HUT ke-76 Provinsi Sumut Bersama PPKS

Lensamedan - Penjabat (Pj) Gubernur Sumatera Utara (Sumut), Hassanudin, merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Provinsi Sumut bersama Pemerl...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel