Selama Pandemi, Ekspor Produk Berbasis Singkong Meningkat

Lensamedan- Permintaan keripik singkong asal Sumatera Utara dari negara Korea Selatan ternyata mengalami peningkatan selama masa pandemi Covid-19. Hal ini dikatakan Ketua  Umum Asosiasi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Sumatera Utara (Sumut) Ujianna Sianturi seusai kegiatan pelepasan ekspor sarang burung wallet dan produk berbasis singkong yang dilakukan Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga, Sabtu (7/11/2020) dan dihadiri Gubernur Edy Rahmayadi dan Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Sumut Wiwiek Sisto Widayat.

“Sepertinya selama kebijakan tetap di rumah yang dijalankan Pemerintah Korsel, warganya menjadikan keripik singkong sebagai cemilan pavorit,” ujar Direktur Utama Alpha Gemilang Sejahtera ini. 

Ujianna  mengatakan, keripik singkong yang sudah mereka ekspor ke Korea Selatan sejak 8 tahun lalu itu berasal dari seluruh daerah di Sumut.

“Dari seluruh daerah yang memiliki tanaman singkong,” kata Anna, panggilan akrab perempuan yang juga eksportir kopi ini.

Anna menyebutkan, selain Korea Selatan, keripik singkong juga mereka ekspor ke Malaysia. 

“Sementara ke Australia sudah ada permintaan, tetapi saat ini masih dalam tahap proses,” sebutnya.

Sebelumnya ketika berbicara di depan Wamendag Jerry Sambuaga  dan Gubernur Edy, Anna menyebutkan, saat ini baru 30 persen pelaku UMKM di Sumut yang mendapatkan Bantuan Presiden untuk UMKM (BPUM). 

“Padahal saat ini juga, pelaku UMKM sangat membutuhkan permodalan usaha, karena sudah banyak yang menjual aset agar bertahan hidup,” sebutnya. 

Anna mencontohkan usaha opak yang dijalankan Suhendra. Pandemi mengakibatkan pengiriman opak ke seluruh wilayah Indonesia mengalami penurunan akibat harga jual yang murah. Dari biasanya Rp8000 perkilogram  menjadi Rp6500 perkilogram.

"Saat ini setidaknya ada 1000 ton opak yang kami tahan di beberapa gudang, padahal biasanya kami ekspor minimal 50 ton perhari," tuturnya.

Untuk itu kata Anna, mereka bermohon agar ada disediakan resi gudang untuk produk singkong sebagai upaya menghidupkan kembali pelaku usaha berbasis singkong.

"Karena usaha ini juga banyak menyerap tenaga kerja. Dari mulai penanaman, pengupasan, pemotongan, sortir hingga penggorengan. Itu semua menyerap banyak tenaga kerja," tegasnya.

Saat ini, produksi olahan singkong terbesar ada di Kecamatan Pancur Batu, Deli Serdang. Dari singkong ini kemudian diolah menjadi opak dan keripik, yang keduanya memiliki potensi ekspor yang besar. (Red)



(Medan)
 

Belum ada Komentar untuk "Selama Pandemi, Ekspor Produk Berbasis Singkong Meningkat"

Posting Komentar

Pasca Kenaikan Bunga Acuan BI, IHSG dan Rupiah Kembali Melemah

Lensamedan - Usai Bank Indonesia (BI) mengeluarkan kebijakan menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin, pasar keuangan akan kembali fokus ...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel