Pandemi Covid-19 Belum Selesai Adaptasi Kebiasaan Baru Harus Diterapkan
Lensamedan-Pandemi Covid-19 kemungkinan tidak hilang dalam waktu dekat. Sedangkan bagi orang dengan penyakit penyerta dan lansia, Covid-19 menimbulkan dampak yang buruk. Selain kesehatan, aspek ekonomi, sosial dan budaya juga sangat berdampak. Oleh sebab itu, diperlukan adaptasi untuk dapat bertahan dalam pandemi ini.
“Adaptasi yang kita butuhkan adalah mengubah
perilaku kebiasaan kita agar kita tidak tertular virus Corona. Kita ibarat
hidup di dalam kolam corona, paten sekali bila kita sampai saat ini terbebas
dari penularan virus Corona. Sebagaimana ikan di laut yang tidak asin walaupun
hidup dalam air asin bergaram,” kata Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan
Penanganan Covid-19 Sumut Whiko Irwan di Media Centre GTPP Sumut, Lantai 6,
Kantor Gubernur, Jalan Diponegoro Medan, Rabu (15/7/2020).
Dengan adaptasi kebiasaan baru, masyarakat bisa
melakukan aktivitasnya di masa pandemi Covid-19. Penerapan kebiasaan baru
tersebut di antaranya menggunakan masker pelindung hidung dan mulut, menjaga
jarak interaksi 1-2 meter, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
serta menghindari kerumunan orang.
Adaptasi yang dibutuhkan bukan berarti menghindari
tempat tinggal untuk pindah ke tempat baru yang bebas Covid-19, bukan juga
mengurung diri terus menerus agar tidak terpapar virus ini.
“Walaupun kita
hidup di tengah pandemi Covid-19, kita tetap dapat hidup, beraktivitas, mencari
nafkah, refreshing, beribadah dan belajar dengan menerapkan kebiasaan baru yang
kita butuhkan yakni protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Itulah Adaptasi
Kebiasaan Baru yang dimaksudkan pemerintah untuk diterapkan masyarakat,
instansi dan pelaku usaha, dalam aktivitasnya sehari-hari,” kata Whiko.
Selain itu, Whiko juga memaparkan pada refocusing
tahap II, Pemprov Sumut telah menganggarkan sekitar Rp500 miliar. Anggaran
tersebut diprioritaskan untuk 3 hal, Jaring Pengaman Sosial (JPS), bidang kesehatan
dan stimulus ekonomi.
Dijelaskannya, pada tahap I, Pemprov Sumut telah
menyalurkan bantuan JPS berupa paket sembako. Paket sembako diberikan kepada
1.321.426 KK di 33 kabupaten/kota. Paket terdiri atas 10 kg beras, 2 kg gula, 2
liter minyak goreng dan 20 bungkus mi instan. Penerima paket adalah keluarga
prasejahtera yang terdaftar dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) dan
masyarakat miskin baru terdampak Covid-19.
Selain bantuan sembako tersebut, masyarakat Sumut
juga menerima bantuan dari berbagai program JPS pemerintah, baik yang bersumber
dari dana pemerintah pusat maupun daerah. Diantaranya Bantuan Pangan Non Tunai
untuk 737.625 KK, Program Keluarga Harapan untuk 408.321 KK selama 3 bulan,
Bantuan Sosial untuk 662.769 KK selama 3 bulan, Kartu Prakerja yang diberikan
kepada 183.904 orang selama 4 bulan, Bantuan Langsung Tunai Dana Desa untuk
lebih dari 671.533 KK, Rekening Air Minum gratis dari PDAM Tirtanadi bagi
pelanggan kategori RT 1 selama 3 bulan serta insentif dan modal usaha bagi
koperasi dan UMKM serta lembaga mikro lainnya
“Dalam proses distribusi bantuan-bantuan dari JPS
tersebut, mungkin masih terdapat berbagai kekurangan. Untuk itu, Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut) atau Gugus Tugas Percepatan
Penanganan (GTPP) Covid-19 Sumut terus berupaya meminimalisir berbagai celah
yang menjadi kelemahan dalam pelaksanaan distribusi. Pelaksanaan distribusi JPS
tahap pertama akan menjadi catatan untuk dilakukan pengawasan dan pengendalian
di masa yang akan datang. Akan terus dilakukan perbaikan sistem ke depannya,” kata
Whiko.
Untuk itu, Pemprov Sumut melakukan kerja sama
dengan berbagai pihak. Mulai dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), kepolisian, kejaksaan dan aparat penegak hukum lainnya untuk mengawasi
program JPS yang pendanaannya melalui refocusing APBD Provinsi Sumut.
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Pandemi Covid-19 Belum Selesai Adaptasi Kebiasaan Baru Harus Diterapkan"
Posting Komentar