Pasar Cermati Data Manufaktur Indonesia, IHSG dan Rupiah masih Menguat
LensaMedan - Data manufaktur di tanah air yang tercermin dari S&P Global Manufacturing PMI pada bulan Juni mengalami pelemahan menjadi 46,9.Data manufaktur tanah air melemah setelah pada bulan sebelumnya merealisasikan angka 47,4.
Data tersebut menurut Analis keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, menunjukan bahwa kinerja industri manufaktur di tanah air masih mengalami kontraksi yang menjadi kabar buruk bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Pada sesi pembukaan perdagangan pagi ini IHSG masih mampu dibuka menguat ke level 6.954, ditengah memburuknya mayoritas bursa di Asia pada perdagangan pagi ini.
Selain data indeks manufaktur, pelaku pasar juga tengah memantau kesepakatan tarif AS.
Masa tenggat waktu negosiasi akan berakhir di pekan depan, yang akan menjadi sentimen pasar selanjutnya.
Sejauh ini, belum ada kabar terkini dari Indonesia terkait kesepakatan tarif antara AS dengan Indonesia.
Yang berarti skenario kenaikan tarif masih akan sama dengan kebijakan tarif AS yang sempat diumumkan sebelumnya.
"Negosiasi tarif ini berpeluang menciptakan tekanan baru bagi pasar keuangan tanah air, terlebih jika tidak ada kesepakatan tarif atau ada pemberlakuan tarif baru yang berpeluang memicu reaksi negatif pelaku pasar," ujar Gunawan di Medan, Selasa (1/7/2025).
Sementara itu, mata uang Rupiah disebutkan Gunawan juga ditransaksikan menguat ke level 16.170 per Dolar AS pada sesi perdagangan pagi.
Kinerja Dolar AS terpukul setelah imbal hasil US Treasury melemah dekati 4.2%.
"Kinerja Rupiah diproyeksikan berada dalam rentang 16.150 hingga 16.200 selama sesi perdagangan.
Sementara IHSG berpeluang ditransaksikan dalam rentang 6.920 hingga 6.970," sebutnya.
Di sisi lain harga emas alami kenaikan di level US$3.316 per ons troy, atau sekitar Rp1,73 juta per gramnya. (*)
(Medan)
Belum ada Komentar untuk "Pasar Cermati Data Manufaktur Indonesia, IHSG dan Rupiah masih Menguat"
Posting Komentar