IHSG dan Rupiah Berbeda Arah, Harga Emas Alami Pemulihan

 LensaMedan - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tak mampu mempertahankan kinerja positif dan akhirnya berbalik melemah pada sesi perdagangan kedua.

Selama sesi perdagangan berlangsung, IHSG sempat menyentuh level tertingginya di posisi 7.202, sebelum akhirnya ditutup turun 0,65% di level 7.094,602.

Padahal menurut Analis keuangan Sumatra Utara (Sumut), Gunawan Benjamin, mayoritas bursa di Asia diperdagangkan menguat pada perdagangan hari ini.

Penguatan pada bursa di Asia lebih didominasi oleh kebijakan Bank Sentral China yang menurunkan bunga pinjaman, sebagai bagian dari upaya untuk mengakselerasi ekonomi China.

"Koreksi yang terjadi pada IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh faktor teknikal, memanfaatkan penguatan IHSG sebelumnya," ujar Gunawan di Medan, Selasa (20/5/2025).

Pelemahan IHSG pada perdagangan hari ini juga bertolak belakang dengan mata uang Rupiah, yang justru ditutup menguat di level 16.410 per Dolar AS.

Gunawan menilai, penguatan Rupiah  memanfaatkan momen dimana  Dolar AS tidak mendapatkan topangan dari imbal hasil US Treasury dan USD Index yang alami tekanan.

Pasar keuangan selama sesi perdagangan berlangsung tidak banyak didampingi dengan agenda fundamental ekonomi.

Pelaku pasar banyak mengambil sikap wait and see jelang kebijakan suku bunga acuan Bank Indonesia, berikut pidato Gubernur Bank Sentral Indonesia pada perdagangan besok.

Pertimbangan kedepan adalah kemungkinan penurunan bunga acuan yang akan di ambil oleh BI.

Sejauh ini, realisasi laju tekanan inflasi di tanah air memungkinkan untuk penurunan bunga acuan dari posisi 5,75%.

"Walaupun dari sisi nilai tukar Rupiah terhadap  Dolar AS menjadi pertimbangan khusus, terlebih Dolar AS belakangan ini mendapatkan topangan dari sikap The FED yang bernada Hawkish," terangnya.

Terpisah harga emas ditransaksikan menguat ke lvel US$2.327 per ons troy, atau sekitar Rp1,7 juta per gram. (*)

(Medan)

Bagikan Artikel ini